Liputan eksklusif

Jernang Diburu, Maut Mengintai

Getah jernang atau biasa disebut ‘darah naga’ merupakan serbuk atau resin yang terdapat pada buah rotan jernang

Editor: bakri

PENGANTAR - Getah jernang atau biasa disebut ‘darah naga’ merupakan serbuk atau resin yang terdapat pada buah rotan jernang (Daemonorops sp.).

Hasil uji fotokimia menunjukkan resin jernang berpotensi sebagai antioksidan dan prokoagulasi darah karena mengandung senyawa semi-polar yang terdeteksi positif sebagai obat-obatan, karena di dalamnya terdapat kandungan senyawa flavonoid, triterpenoid, dan tanin.

Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebutuhan getah jernang meningkat hingga 400 ton per tahun, sementara suplai semakin terbatas. Hal ini menyebabkan harga buah segar meningkat dari Rp 150.000-Rp 200.000/kilogram pada tahun 2013 menjadi Rp 400.000/kilogram pada 2015, dan sekitar Rp Rp 500.000-Rp 600.000/kilogram pada 2017. Sedangkan resin jernang kualitas super dihargai hingga Rp 8 juta/kilogram.

Karena harga jernang begitu menggoda, dalam beberapa tahun terakhir sudah banyak warga yang menjadi korban saat memburu ‘darah naga’ di hutan belantara. Setidaknya dalam sebulan terakhir beberapa orang telah menjadi korban.

Seorang pemuda Desa Blang Mane, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, yang mencari jernang di kawasan hutan perbatasan Aceh Utara dengan Aceh Timur terinjak gajah, sehingga dua kakinya patah. Korban bernama Mukhlis (22) sedangkan dua teman sekampungnya, Muhammad (27) dan Basri (24) selamat.

Informasi yang diperoleh Serambi, ketiga pemuda tersebut, pada Selasa 27 Februari 2018 mencari jernang di kawasan hutan perbatasan Aceh Utara dengan Kabupaten Aceh Timur atau yang lebih dikenal Camp IV. Kawasan itu juga sudah berdekatan dengan Kabupaten Bener Meriah.

Sedangkan kasus terbaru menimpa Asnawi (27), warga Meunasah Trieng, Cot Girek, Aceh Utara. Dia diterkam beruang saat mencari jernang di hutan kawasan desa setempat, Kamis 8 Maret 2018. Tingginya harga jernang di pasaran membuat para pemburu semakin nekat, meskipun berisiko diterkam binatang buas atau diserang penyakit malaria.

Untuk menelusuri lebih dalam kisah perburuan ‘darah naga’--termasuk berbagai kehebatan yang dikandungnya--tim Wartawan Serambi Indonesia, Jafaruddin (Aceh Utara), Seni Hendri (Aceh Timur), Muslim Arsani (Bener Meriah), Sa’dul Bahri (Aceh Jaya), dan Subur Dani (Banda Aceh) mencatat dan merekam berbagai informasi tentang peluang rezeki yang harus diburu dengan taruhan nyawa itu. Informasi dari berbagai penjuru Aceh tersebut dirangkum oleh Said Kamaruzzaman dan Nasir Nurdin untuk laporan khusus edisi hari ini, Senin, 19 Maret 2018.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved