Muhammad Nazar : Rakyat Aceh Jangan Larut Isu Obligasi tapi Lupa Kawal Wakaf Aceh di Saudi
Ia membandingkan dengan beberapa perusahaan BUMN yang dilaporkan terus rugi dan ujungnya mendapat suntikan modal tambahan.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Fatimah
Laporan Fikar W.Eda I Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA --- Mantan Wagub Aceh Muhammad Nazar mengingatkan, rakyat Aceh jangan larut dengan isu obligasi tapi lupa mengawal harta wakaf Aceh di Makkah Saudi Arabia.
"Soal obligasi memang harus direspons. Sebab penyumbang pembelian pesawat RI bukan hanya satu orang, melainkan ribuan orang. Tapi manfaatnya belum diterima masyarakat. Sebaliknya yang memberikan wakaf di Mekkah cuma satu orang, namun manfaatnya telah diterima oleh masyarakat Aceh yang naik haji," kata Muhammad Nazar, di Jakarta, Minggu (25/3/2018) malam.
Baca: Likok Pulo, Saman dan Sejumlah Tarian Aceh Lainnya Diajarkan di Dua Perguruan Tinggi di Singapura
Menurut Ketua Umum Partai SIRA ini, masyarakat dan tokoh Aceh jangan kehilangan substansi dalam merespons setiap keadaan yang terjadi. "Kalau kehilangan substansi dan hanya fokus pada simbol yang memicu euforia maka nanti tertipu lagi Aceh," kata Nazar.
Ketika menjabat Wagub, Muhammad Nazar mengaku sudah pernah mengusulkan agar jasa Aceh dalam pembelian pesawat Seulawah dihargai dalam bentuk pemberian saham di Garuda Indonesia.
Sebab Aceh adalah pemodal awal.
"Coba apa berani seperti itu. Kalau berani, maka baru dapat dikatakan Pemerintah RI menghargai Aceh sebagai pendiri utama RI," demikian Muhammad Nazar.
Sebaliknya, dalam hal tanah wakaf Aceh di Mekkah, itu sangat produktif dan kalau dikelola oleh BPKH mungkin tidak akan seproduktif sekarang. "Bahkan, bisa-bisa dilaporkan rugi," lanjutnya.
Menurut Nazar, wakaf Aceh di Mekkah sudah berkembang pesat.
Baca: Waled Husaini Lantik Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Aceh Besar
Dari hasil investasi yang dilakukan pengusaha Saudi di atas beberapa lokasi wakaf Aceh, khususnya seperti lokasi tanah tempat hotel Elaf Almasyair dan hotel Ramada Mekkah, telah menambah aset tanah dan bangunan lainnya.
" Nah, jika Kepala BPKH RI menyebut jamaah haji Aceh hanya mendapatkan sedikit maka seperti dikatakan Anggito Abimanyu, itu salah menilai dan terlalu tendensius. Justru sebaliknya tanah wakaf itu berkembang sangat pesat, tanpa menambah modal dari nazir wakaf," kata Muahmmad Nazar.
Ia membandingkan dengan beberapa perusahaan BUMN yang dilaporkan terus rugi dan ujungnya mendapat suntikan modal tambahan.
Baca: Penjara Sesak dan Tak Muat Tampung Tahanan, 3.000 Penjahat Zimbabwe Diampuni dan Dibebaskan
"Maka sekali lagi saya ingin menyerukan mari kita kawal wakaf Aceh di Saudi. Jangan larut dengan isu baru soal obligasi. Nyak Sandang perlu dihargai dan seluruh penyumbang layak dihargai. Tentu yang lebih layak lagi adalah manakala sumbangan itu ditransformasikan atau dialihkan ke dalam bentuk saham Pemerintah Aceh di BUMN penerbangan negara," tukas Muhammad Nazar.(*)