Aksi Warga Blokir Jalan Berlanjut

Aksi blokir ruas jalan provinsi Meulaboh-Geumpang, tepatnya di Desa Meunasah Rambot, Kecamatan Kaway XVI Aceh Barat

Editor: bakri
WARGA memblokade jalan provinsi Meulaboh-Geumpang tepatnya di Desa Meunasah Rambot, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat karena dikepung berdebu, Rabu (2/5). Aksi warga yang berlanjut tersebut sebagai bentuk kekecewaan karena jalan yang baru rampung dibangun dana APBA 2017 Rp 4 miliar lebih kembali hancur diduga kualitas yang buruk. 

* Badan Jalan Hancur
* Anggaran Tahun 2017 Rp 4 M

MEULABOH - Aksi blokir ruas jalan provinsi Meulaboh-Geumpang, tepatnya di Desa Meunasah Rambot, Kecamatan Kaway XVI Aceh Barat, berlanjut hingga Rabu (2/5). Aksi dilancarkan sejak Selasa lalu dengan menanam sejumlah pohon di badan jalan. Protes ini sebagai bentuk kekecewaan terhadap kerusakan jalan yang baru dibangun dengan anggaran tahun 2017 sebesar Rp 4 miliar lebih.

Bagi pelintas, khususnya yang menggunakan sepedamotor, sangat terasa dampak kerusakannya, antara lain debu yang beterbangan ke mana-mana. Selain di Meunasah Rambot, badan jalan yang hancur juga di Desa Putim dan Alue On, dua desa yang bertetangga. Puluhan pohon ditanam warga, yang meliputi kelapa, kepala sawit, pinang, dan pisang. Bangku dan spanduk turut pula diletakkan warga di badan jalan, sehingga para pelintas semakin sulit melewati jalan itu.

Sejumlah spanduk bertuliskan kekecewaan kepada Pemerintah Aceh, DPRK, Pemkab, dan DPRK, yang dinilai kurang peduli terhadap kondisi jalan yang hancur tersebut. Warga sudah enam bulan terakhir ‘makan’ debu. Jalan tersebut selain sebagai jalur ke wilayah timur Aceh dari barat selatan Aceh, juga digunakan penduduk dari empat kecamatan di Aceh Barat. “Kondisi jalan semakin hancur dan setiap hari debu mengepul,” kata Zuheri alias Anda, Ketua Pemuda Meunasah Rambot, kemarin.

Dikatakan, warga sudah sangat kecewa dan selama ini terkesan pemerintah membiarkan saja. Mereka berharap pemerintah peduli terhadap kondisi tersebut. Ketika musim panas dikepung debu dan di musim hujan menjadi becek. “Padahal, jalan itu baru rampung dibangun,” katanya.

Ketua DPRK Aceh Barat Ramli SE, Wakil Ketua DPRK Usman dan Ketua Komisi C Herman yang menghubungi Serambi, kemarin, juga menyampaikan kekecewaan terhadap Pemerintah Aceh. “Kami meminta rekanan bertanggung jawab. Pemerintah Aceh jangan tutup mata soal kondisi jalan itu,” kata Ramli SE.

Usman menyampaikan bahwa persoalan jalan ini sebenarnya sudah dilaporkan ke polisi dan jaksa untuk segera diusut. Namun, belum diketahui sejauh mana respons aparat penegak hukum tersebut. ”Warga berharap ada solusi. Sayang, masyarakat setiap hari makan debu,” kata Wakil Ketua DPRK.

Ketua Komisi C Herman Abdullah juga menyampaikan bahwa warga menanam pohon di badan jalan sebagai bentuk kekesalan terhadap pemerintah yang membiarkan jalan semakin rusak. “Ini perlu segera ditindaklanjuti. Jangan biarkan warga semakin menderita,” kata Herman.

Koordinator GeRAK Aceh Barat Edi Syahputra mengatakan, kasus jalan provinsi itu pernah dilaporkan pihaknya ke polisi. Namun, ternyata diusut oleh jaksa, sehingga dilaporkan juga ke jaksa.

Kadis Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Barat Oskar Muda Dilaga yang ditanyai Serambi kemarin mengatakan, jalan yang hancur tersebut merupakan tanggung jawab provinsi, karena memang jalan provinsi. “Jalan yang gagal itu, ya jalan provinsi. Kita akan sampaikan ke sana,” kata Oskar.(riz)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved