Demi Jadi Mumi, Para Biksu Ini Rela Kurung Diri di Makam Tanpa Makan dan Minum sampai Mati
Cara untuk bisa mencapai pencerahan itu cukup mengerikan, dimana mereka harus melakukan mumifikasi pada diri mereka sendiri.
SERAMBINEWS.COM - Ketika agama Buddha menyebar di negara-negara Asia selama berabad-abad yang lalu, berbagai bentuk aliran dan ajaran Buddha muncul.
Terutama ketika agama bersentuhan dengan banyak budaya lokal.
Beberapa biksu Budha mengamati bahwa semua kehidupan adalah suci, dan sekolah mereka mengajarkan para pengikut untuk bergerak di sekitar kuil dengan sangat hati-hati.
Mereka tidak boleh secara sengaja menginjak semut atau serangga kecil lainnya.
Namun, sekolah dan pengajaran lain mengadopsi keyakinan dan praktik yang agak aneh, seperti belajar cara membuat diri sendiri untuk mencapai tingkat pencerahan lanjut.
Cara untuk bisa mencapai pencerahan itu cukup mengerikan, dimana mereka harus melakukan mumifikasi pada diri mereka sendiri.
Mumifikasi ini banyak dilakukan di Prefektur Yamagata di bagian utara Jepang.
Baca: Cederai Mohamed Salah, Sergio Ramos Dituntut Rp 16 Triliun oleh Pengacara Mesir
Baca: Tak Diberi Uang untuk Mabuk, Pemuda Ini Siksa Ibu Kandung dan Bakar Rumah, 7 Fakta Ini Bikin Geram
Prakteknya dimulai pada abad ke-11 dan berlangsung hingga abad ke-19, ketika pemerintah Jepang memutuskan untuk menghentikannya.
Meski terbilang ekstrim dan sudah dilarang, namun mumifikasi tetap saja masih saja dipraktekkan.
Dilansir TribunTravel.com dari laman thevintagenews.com, praktek mumifikasi pertama kali dilakukan oleh seorang biarawan yang dikenal sebagai Kūkai, pendiri sekolah Buddha Shingon pada awal abad ke-9.
Dua abad setelah Kūkai meninggal, hagiografinya muncul dan mengatakan bahwa dia belum meninggal melainkan memakamkan dirinya sendiri dalam keadaan meditasi khusus.
Setelah kemunculannya kembali, jutaan tahun di masa depan, dia akan membantu orang lain naik ke keadaan nirvana, begitu isi dari hagiografinya.
Para biarawan Yamagata Shingon yang membaca hagiografi itu tentu saja langsung menjalankannya.
Mereka mulai mengikuti ajaran Kukai untuk melakukan mumifikasi atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sokushinbutsu.
Baca: Kasihan, Murid SD Terseret Arus Saat Seberangi Sungai, Ibu-ibu Tiap Hari Khawatir Lihat Anaknya
Baca: PNA Aceh Utara dan Lhokseumawe Rekrut Bacaleg, Ini Jadwalnya

Sebelum mereka melakukan mumifikasi, ada langkah-langkah yang harus dipenuhi.