Breaking News

Ramadhan Mubarak

Alquran ‘Hudan Linnas’

PADA prinsipnya Alquran diturunkan untuk mengasah jiwa, menyinari serta melenyapkan tabir-tabir kegelapan sehingga mampu

Editor: hasyim
zoom-inlihat foto Alquran ‘Hudan Linnas’
Dosen Fak. Syariah dan Hukum IUN Ar-Raniry, dan Anggota MPU Aceh. Email: aganiisa@yahoo.co.id

Dr. H. Abdul Gani Isa, SH, M.Ag

Dosen Fak. Syariah dan Hukum IUN
Ar-Raniry, dan Anggota MPU Aceh.
Email: aganiisa@yahoo.co.id

PADA prinsipnya Alquran diturunkan untuk mengasah jiwa, menyinari serta melenyapkan tabir-tabir kegelapan sehingga mampu menjadi sumber penerang (QS. 23;43), (QS. 2;257), sehingga dengan mudah menerima kebenaran Ilahi, Allah Swt yang memiliki hari pembalasan. Alquran bukanlah kalam insan, bukan pula tulisan sembarang orang, sekalipun Muhammad Rasul yang penghabisan.

Harus pula diakui gaya bahasanya sangat indah dan menawan, menyentuh hati dan perasaan yang dalam. Alquran memberikan hidayah dan rahmat bagi yang membaca dan mendengarkannya (QS. 7;203). Ayat-ayatnya meninggalkan kesan yang dalam pada pikiran dan jiwa pembaca dengan niat penuh kesadaran dan keikhlasan.

Alquran benar-benar telah mampu merubah wajah Arab jahiliyah yang suram menjadi wajah yang senyum menyenangkan, telah mampu melunakkan hati-hati manusia yang gersang dan melawan (QS. 1;20) telah mampu meluruskan akidah, amal dan moral Islam, dan telah pula mampu mempersaudarakannya dalam ukhuwah dan persaudaraan (QS. 49;10).

Alqran benar-benar telah memberikan pedoman dalam segala aspek kehidupan (QS. 23;9). Kenapa kita mengetahui zina haram (QS. 17;32) karena al-Quran, kenapa kita mengetahui khamar dan judi dilarang (QS. 5;93) karena Alquran, kenapa kita mengetahui mencuri itu dipotong tangan karena Alquran (QS. 5;41) dan mengapa shalat, puasa, zakat, dan haji diwajibkan juga karena Alquran, dan lain-lain.

Tegasnya tidak ada satu pun yang tertinggal di dalam Alquran. Itulah kalam Allah yang sangat mengagumkan dan terus menerus menjadi bacaan, hafalan dan pengkajian manusia di dalam mencari kebenaran sekaligus kebesaran Allah pada semua isi alam, sebagai sunnatullah.

Untuk mendapatkan hidayah dan petunjuk, maka setiap mukmin harus menepati beberapa kewajiban terhadap Alquran: Pertama, wajib percaya sepenuh hati, tanpa sedikit pun keraguan terhadap kebenaran Alquran (QS. 2;2). Semua sistem yang tidak merujuk pada Alquran biasanya banyak mengalami kegagalan, sistem bunga dalam perbankan, sistem riba yang tak pernah berkesudahan (QS. 3;130) hidup boros tanpa setiakawan (QS. 17;26). Untuk itu Alquran menawarkan sistem zakat, infak dan sadakah (QS. 9;104), yang berusaha menjembatani kesenjangan yang terlalu menajam antara si kaya dengan simiskin (QS. 59;7).

Alquran menampilkan sosok industriawan Nabi Daud as, sebagai pembuat baju besi pada masa itu untuk keperluan perang (QS. 21;80), Allah membentang luas lautan sebagai sumber perekonomian seperti ikan, perhiasan dan barang berharga lainnya (QS. 35;12). Tidak ketinggalan binatang ternak dengan susu dan dagingnya mendatangkan devisa amat besar bagi umat Islam (QS. 16;66).

Kedua, Kita harus mampu menjadikan Alquran sebagai mitra, guru dan teman bacaan dan harus kita jadikan motto buat kita tiada hari terlewatkan tanpa berkomunikasi dengan Alquran, sesuai tuntunan Rasulullah saw, Man qara-a ayatan min kitabi-Allah falahu bikulli harfin ‘asyru hasanatin wa man yastami’ulaha kanat lahu nuran yaum al-qiyamati (Barang siapa membaca satu ayat Alquran, baginya sepuluh kebaikan dalam setiap huruf, barangsiapa mendengarkan baginya suatu cahaya di hari kiamat).

Di dalam hadis riwayat Tabrani, Rasulullah saw juga berpesan, “Perbanyaklah membaca al-Quran di rumah-rumahmu, rumah yang tidak pernah membaca al-Quran di sana sedikit kebaikan dan banyaknya kejelekan, dan penghuninya merasakan sempit kehidupan.” (HR. Tabrani).

Ketiga, kita harus memperhatikan etika dan estetika di dalam membaca Alquran. Rasulullah saw, menganjurkan, Inna hadz al-quran nuzila bi huznin fain qara’tumuhu fabkau fainlam tabkau fatabaku (Sesungguhnya Alquran diturunkan dengan keheningan, maka menangislah dikala membacanya, bila tidak dapat, maka usahakanlah menangis).

Upaya ini dianjurkan supaya benar-benar bacaan Alquran ada kesan dan membekas di dalam hati sanubari setiap insan. Di dalam sejarah, Umar bin Khattab ketika melakukan ronda di suatu malam, beliau mendengar bacaan Alquran (yang didengar bacaan QS. 52;1-7). Seketika beliau pingsan, demikian terkesan makna Alquran di dalam hati dan jiwanya dan beliau baru sehat setelah 30 hari lamanya.

Keempat, Setelah kita meyakini Alquran sebagai satu-satunya penyelamat dan pengatur kehidupan manusia, maka kewajiban kita selanjutnya adalah mengamalkan dan mampu mengoperasionalisasikannya di dalam kehidupan sehari-hari, baik individu, keluarga, masyarakat bahkan negara. Karena bila umat Islam (khususnya) meninggalkan Alquran, itu pertanda awal dari sebuah kesesatan.

Rasulullah saw, pernah menyampaikan keluhannya kepada Allah, “Wahai Tuhan-Ku sesungguhnya kaumku telah meninggalkan jauh Alquran ini.” (QS. 25;30). Menjauhi Alquran dengan cara: Tidak mau mendengarkannya dan tidak mau mengamalkannya; Tidak mau mengamalkannya meskipun dia membaca dan mengimaninya; Tidak mau menghukum dengannya dan tidak mau berhukum kepadanya; Tidak mau memikirkan dan merenungkan maknanya; Dan, tidak mau mengobati penyakit hatinya dengannya (Muhammad Ali As-Shabuni; 363).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved