Breaking News

Pilotnya Ancam Mogok, Garuda Indonesia Siapkan 2 Langkah, Termasuk Menggandeng TNI AU

Ancaman aksi mogok dilakukan karena kinerja perusahaan dinilai terus menurun dan tidak kunjung membaik

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/BUDI FATRIA
PT Garuda Maintenance Facility Aero Tbk (GMF) dan PT Garuda Indonesia, meresmikan selesainya pemugaran pesawat pertama Indonesia Seulawah RI 001 di Blangpadang, Banda Aceh, Selasa (1/4/2018). 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Hengki Heriandono mengatakan, pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi jika para pilot melakukan aksi mogok kerja.

"Jadi memang kami sudah antisipasi tentunya, kami sudah mempunyai kontigensi plan apabila memang mereka melakukan aksi mogok," ujar Hengki di Jakarta, Sabtu (2/6/2018).

Hengki menambahkan, pihaknya juga telah menggandeng TNI Angkatan Udara untuk mengantisipasi aksi mogok para pilot.

Kerja sama itu untuk memastikan operasional penerbangan tetap berjalan normal, meski ada aksi mogok.

"Tentunya kami apabila ini terjadi mogok, kami akan mengoptimalkan seluruh pilot yang ada di Garuda. Kedua, tentunya untuk jangka panjang kami sudah bekerja sama dengan TNI AU untuk pemanfaatan SDM di bidang pilot," katanya.

(Baca: Gegara Tulis Dudududuuuuu di Facebook, Pilot Garuda Indonesia Bergaji Puluhan Juta Dinonaktifkan)

(Baca: Hilangnya MH370, Benarkah Pilot Hendak Bunuh Diri dan Mengajak Serta 239 Penumpang?)

Ancaman aksi mogok dilakukan karena kinerja perusahaan dinilai terus menurun dan tidak kunjung membaik.

Memburuknya kinerja perusahaan itu dilihat dari harga saham GIAA yang terus menurun.

Pada penutupan pasar saham pada Kamis (31/5/2018), harga saham GIAA berada di level Rp 254 per lembar.

Nilai itu menurun dibandingkan saat IPO, GIAA dihargai Rp 750 per lembar.

Alasan Pilot Mogok

Diberitakan Kompas.com, Presiden Asosiasi Pilot Garuda Indonesia (APG) Captain Bintang Hardiono menjelaskan awal mula kekecewaan para pilot dan karyawan pada umumnya yang memuncak pada ancaman mogok kerja para pilot pada pekan ini.

Pada April 2017, rapat umum pemegang saham (RUPS) memutuskan untuk menghapus posisi direktur operasi dan direktur teknik di internal perusahaan.

"Tidak ada direktur operasi dan direktur teknik itu berarti tidak ada penanggung jawab dalam audit Airport Operating Certificate (AOC). AOC itu istilahnya surat trayeklah kalau punya mikrolet," kata Bintang saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (3/5/2018) malam.

AOC Garuda Indonesia kala itu harus diperpanjang pada Juni 2017 dengan terlebih dahulu menyelesaikan proses audit oleh auditor.

(Baca: Digugat Rp 11,25 Miliar Gara-gara Pramugari Tumpahkan Air Panas, Ini Pernyataan Garuda Indonesia)

Namun, di tengah jalan, auditor berhenti karena tidak ada direktur operasi dan direktur teknik sebagai penanggung jawab atas hasil audit tersebut.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved