Kamp Konsentrasi Nazi Khusus Anak, Tempat 400 Ribu Anak Dipaksa Bekerja dan Berlatih

Usia sebagian besar anak-anak berkisar dari 6 hingga 16, meskipun seperti yang disebutkan di atas, ada yang berumur dua tahun.

Editor: Fatimah
The Vintage News
Saat pembebasan Auschwitz oleh Soviet 

SERAMBINEWS.COM - Menengok kembali fakta sejarah terkadang sama sulitnya seperti menentukan apakah seorang manusia itu jahat atau baik.

Sebab hampir setiap wilayah di dunia, manusia telah menimbulkan rasa sakit dan kesedihan yang tak terkatakan pada satu sama lain.

Sama halnya seperti saat kita melihat kasus genosida politik ras Nazi terhadap warga Yahudi Eropa.

Dilansir dari The Vintage News, ada sebuah kamp yang sebelumnya jarang diketahui yang dikhususkan bagi anak-anak.

Baca: Jangan Galau Jika Tak Lulus SBMPTN, Lakukan 5 Hal Ini Untuk Tetap Sukses di Masa Depan

Terletak di Lodz, Polandia, pengawas kamp kadang memeriksa dan jika perlu membunuh salah satu dari mereka yag terbukti membawa penyakit.

Yakni mereka yang mengembangkan infeksi bakteri dikombinasikan dengan hama yang sangat buruk hingga merusak dagingnya.

Pengawas diketahui memeriksa mereka di malam hari pada waktu tidur dan menarik selimut dengan sebatang tongkat.

Dalam salah satu kejadian bahkan ditemukan salah seorang bocah memiliki kulit bernanah.

Kamp ini dibuka dari 1941 hingga 1945.

Meski mungkin Anda tahu bahwa sebagian besar anak-anak dikirim ke Auschwitz, namun selalu ada pengecualian.

Ketika Auschwitz sendiri dibebaskan oleh Tentara Merah, hampir 200 anak ditemukan hidup.

Namun, mereka yang berada di kamp anak-anak khusus itu bukan orang Yahudi.

Mereka adalah orang Polandia yang orangtuanya meninggal, hilang, atau tidak diketahui, serta dikurung.

Baca: LIVE STREAMING - Persita Tangerang vs Persiraja di TV One Pukul 15.30 WIB

Banyak dari anak-anak ini yang tertangkap baik melakukan kejahatan kecil seperti mencuri makanan atau mengemis.

 
Para "ilmuwan" rasial dari Third Reich percaya bahwa banyak orang Polandia bermata biru dan berambut pirang, yang keluarganya hidup di bawah kekuasaan Jerman.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved