Petani Sawit Kecewa kepada DPRK

Sebagian petani sawit di Kabupaten Nagan Raya kecewa dengan sikap pemerintah dan DPRK

Editor: bakri
SERAMBINEWS.COM/ZAINUN YUSUF
Agen pengumpul sedang memuat Tandan Buah Segar (TBS) sawit ke dalam truk di Jalan 30, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Abdya 

* Terkait Merosotnya Harga TBS

SUKA MAKMUE - Sebagian petani sawit di Kabupaten Nagan Raya kecewa dengan sikap pemerintah dan DPRK yang dianggap lemah pada rapat dengar pendapat bersama pihak Perusahaan Minyak Kelapa Sawit (PMKS) yang berlangsung di sekretariat DPRK, Jumat (6/7) lalu.

“Kami atas nama masyarakat petani sawit kecil merasa kecewa terhadap sikap Pemda dan DPRK Nagan Raya pada saat rapat kemarin,” ungkap Barona, petani sawit di Desa Blang Baroe, Kecamatan Kuala, Nagan Raya kepada Serambi kemrain.

Menurutnya pada RDP tersebut tidak ada hasil yang pro kepada masyarakat terkait harga tandan buah segar (TBS) sawit yang sedang anjlok di Nagan Raya.

“Karena tidak ada keputusan apa-apa hanya membentuk Pansus saja, sedangkan harga TBS di Nagan terus merosot dan pihak Pemda maupun DPRK tidak menekan PMKS yang beroperasi di Nagan Raya,” ujarnya.

Menurutnya DPRK dinilai terkesan mengulur ulur waktu dalam masalah ini, dengan alasan harus turun ke lapangan dan membentuk Pansus. “Kami benar-benar kecewa terhadap sikap DPRK dan pihak terkait dalam rapat dengar pendapat lalu,” sebutnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRK Nagan Raya Samsuardi mengatakan DPRK memandang dalam rapat dengar pendapat tersebut banyak yang tidak hadir.

“Kita undang bupati, cuma tidak hadir mau kita paksakan gimana? Kemarin juga yang hadir merupakan perwakilan semuanya dan kita tidak bisa berbuat banyak, karena yang tidak mewakili hanya pimpinan DPRK saja,” terangnya.

Menurut dia, pada rapat pertama juga tidak dapat diputuskan. Namun keputusan terkait permasalahan harga beli TBS oleh perusahaan akan dilakukan pada rapat kedua mendatang.

“Pada rapat kedua nanti akan kita putuskan, rencananya dalam minggu ini, dan dalam rapat tersebut juga tidak kita izinkan untuk diwakili agar hasilnya maksimal,” ujarnya.

Pada rapat selanjutnya, Samsuardi juga mengatakan akan menekan pihak perusahaan terkait permasalahan harga TBS berkoordinasi dengan pemerintah daerah.

Sementara itu petani sawit di Subulussalam mempertanyakan eksistensi tim penetapan harga TBS Aceh. ”Harga TBS saat ini sangat memprihatinkan,” kata Subangun Berutu, petani kelapa sawit setempat kepada Serambi, Sabtu(7/7).

Menurut Subangun, kondisi anjloknya harga buah kelapa sawit membuat ribuan petani di daerah itu menjerit karena harga jual tidak sebanding dengan biaya yang telah mereka keluarkan.

Harga TBS saat ini di tingkat petani hanya Rp 900 per kilogram dan kemungkinan untuk kebun di area lebih jauh nilainya murah lagi seperti di Lae Simolap, Sultan Daulat hanya Rp 850 per kilogram.

Menurutnya umumnya petani di Subulussalam hanya memiliki kebun antara dua hingga tiga hektare kecuali para tauke pemilik kebun yang kemungkinan bisa mencapai belasan bahkan puluhan hektare.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved