Kisah Nurmala Bermula dari Benjolan Kecil di Leher, Enam Tahun Lalu

Memasuki bulan ketiga menjelang operasi, Nurmala Sari mulai terkendala biaya perjalanan dan konsumsi selama berada di Medan

Penulis: Seni Hendri | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/SENI HENDRI
Keuchik Gampong Alue Ie Mirah, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur, Tgk M Ridwan, didampingi salah satu pengurus KNPI Aceh Timur, M Ridwan, mendampingi Serambinews.com, saat menjenguk Nurmala Sari penderita kanker ganas di gampong setempat, Kamis (12/7/2018). 

Laporan Seni Hendri | Aceh Timur

SERAMBINEWS.COM, IDI - Enam tahun lalu, Nurmala Sari (44) merasakan keanehan di bagian lehernya. Kala itu, Nurmala menduga bengkak kecil di lehernya itu adalah gondok. Ia pun kemudian memilih pengobatan tradisional untuk menangani bengkak di lehernya.

Bengkak itu sempat hilang beberapa saat, tapi kemudian tumbuh lagi dan semakin membesar. Kali ini, Nurmala pun tak lagi berobat kampung. Ia memeriksakan kondisinya ke RSUD Dr Zubir Mahmud. Tapi karena alasan keterbatasan alat, RS Zubir Mahmud merujuk ke RS Graha Bunda, selanjutnya Graha Bunda merujuk ke Banda Aceh, dan Banda Aceh merujuk ke Medan.

Kisah ini diceritakan Nurmala Sari kepada Serambinews.com yang berkunjung ke rumahnya di Gampong Alue Ie Mirah, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur, Kamis (12/7/2018).

Kunjungan Serambinews ditemani oleh keuchik gampong setempat, Tgk M Ridwan, dan salah satu pengurus KNPI Aceh Timur, M Ridwan.

Nurmala Sari (44) tinggal bersama suaminya M Nur Samad (46) dan empat anak mereka, di rumah kecil yang terbuat dari kayu. Dua anak mereka yang kini berusia 20 dan 16 tahun, hanya tamatan SMP, tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya karena terkendala biaya.

Anak ketiga mereka saat ini di bangku kelas V SD, sementara yang bungsu masih berumur tiga tahun.

(Baca: RSUZA Mulai Obati Gondok tanpa Bedah)

(Baca: Gejala Penyakit Gondok)

Saat kami datang Nurmala Sari terbaring si atas tempat tidur pada sudut kiri ruangan tengah rumah. Kami disambut oleh Sarifuddin (37), adik ipar Nurmala Sari.

Usai memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kunjungan, Nurmala Sari terlihat senang dan membuka tema cerita seputar kisahnya sejak pertama kali dihinggapi kanker.

Nurmala mengatakan, sejak Mei 2018 ia telah menjalani proses pengobatan di sebuah rumah sakit di Medan, Sumatera Utara. "Dibilang dokter tempat saya berobat di Medan, saya menderita kanker ganas sudah stadium 4. Dokter menyarankan saya rawat jalan selama tiga bulan dengan mengkonsumsi obat yang diberikan. Setelah itu kanker saya ini bisa dioperasi. Operasi merupakan cara untuk menyembuhkannya," jelas Nurmala Sari.

Hanya saja, memasuki bulan ketiga menjelang operasi, Nurmala Sari mulai terkendala biaya perjalanan dan konsumsi selama berada di Medan.

Sementara untuk biaya pengobatan di rumah sakit, tidak bayar alias gratis, karena merupakan pengobatan lanjutan berdasarkan rujukan dari RSUD Zainal Abidin, Banda Aceh, menggunakan jasa BPJS kesehatan.

"Tapi untuk mengambil obat ke RS Medan seminggu sekali membutuhkan biaya ongkos dan konsumsi sekitar 800 ribu," ungkap Nurmala.

(Baca: Ambil Uang Rp115 Juta di Bank, Video Pengemis Ini Viral, Pihak Keluarga Beri Klarifikasi)

Nurmala mengatakan, biaya ini terasa sangat berat, karena suaminya bekerja sebagai nelayan yang hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan dirinya sejak 5 bulan terakhir hanya bisa berbaring di tempat tidur.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved