Kerangka dari Abad Pertengahan Ditemukan, Ungkap Jejak Penyebaran Salmonella pada Manusia

Penemuan ini mengubah pemahaman ilmuwan tentang penyebaran salmonella pada manusia.

Editor: Faisal Zamzami
Ilustrasi Tengkorak Manusia.(Thinkstock) 

SERAMBINEWS.COM - Belum lama ini para ahli mengumumkan temuan terkait jejak leluhur bakteri Salmonella dalam jurnal Current Biology, yang terbit Kamis (19/7/2018).

Penemuan ini mengubah pemahaman ilmuwan tentang penyebaran salmonella pada manusia.

Salmonella umumnya menimbulkan penyakit yang terkait organ pencernaan. Mulai dari diare, muntah, dan mual.

Namun, ada pula jenis salmonella tertentu yang menyebabkan demam paratipus atau demam enterik, deman ini bisa mematikan.

Baca: 29 Bacaleg Subulussalam Absen di Uji Baca Alquran, Sekretaris KIP: Bisa Ikut Susulan

Baca: Resmikan Lapangan Banteng Sebagai Ikon Baru Ibu Kota, Anies: Warga Jakarta Butuh Ruang Interaksi

Demam enterik adalah kelompok penyakit enterik yang disebabkan oleh turunan bakteri Salmonella typhi.

Ada tiga jenis spesies Salmonellae yang bisa menyebabkan penyakit ini, yakni Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, dan Salmonella paratyphi C.

Umumnya, demam enterik muncul di negara-negara tropis dan jarang terjadi di Eropa atau Amerika Utara.

Namun, ahli menemukan sekitar tahun 1200, penyakit ini menginfeksi orang Norwegia, Eropa.

Baca: Sudah Dua Hari, Kapal Ferry ke Pulo Aceh tidak Berlayar

Baca: Gajah Kerdil Ini Ditemukan Mati Ditembak, Ada Peluru di Dalam Perut

"Ini pertama kalinya salmonella ditemukan di tulang belulang manusia Eropa kuno. Menariknya, bakteri kuno yang ditemukan punya banyak kemiripin dengan yang kita kenal saat ini," kata penulis studi dan profesor Universitas Warwick Mark Achtman dalam sebuah pernyataan dilansir Newsweek, Rabu (25/7/2018).

Dengan menganalisis gigi dan tulang, Achtman dan koleganya menemukan bakteri kuno yang masih turunan jenis salmonella.

Setelah membandingkannya dengan urutan kontemporer yang disimpan dalam database, bakteri kuno yang ditemukan merupakan jenis Salmonella paratyphi C kuno.

Baca: Panggil Seluruh Kalapas ke Jakarta, Menkumham Yasonna: Kita Jangan Seperti Keledai

Baca: Peringati Hari Mangrove Sedunia, Komunitas Peduli Sampah Plastik Simeulue Tanam Mangrove

Keterangan gambar: (A) Situs penggalian di pemakaman gereja St. Olav di Trondheim, Norwegia. Lokasi penguburan kerangka kuno yang diteliti ditandai dengan ada pada lingkaran merah. Penanggalan arkeologis menunjukkan tulang dikubur tahun 1200. (B) (atas) seluruh kerangka dan (bawah) tulang beserta dua gigi yang digunakan untuk mengekstrasi DNA Salmonella. (C) Peta Eropa di sekitar Norwegia (hijau) dan lokasi Trondheim (merah). (D) Tingkat deaminasi untuk membaca metagenomik dalam genom Salmonella Paratyphi C Ragna, DNA manusia dan 11 rakitan genom tunggal (Cxx) yang diidentifikasi oleh Concoc [12]. C18 (Acidovorax) dan C72 (Eubacterium) menunjukkan tingkat tingkat deaminasi yang tinggi, seperti halnya membaca dari manusia atau Ragna, sementara rakitan lainnya memiliki tingkat yang rendah dan kemungkinan mewakili bakteri lingkungan modern.
Keterangan gambar: (A) Situs penggalian di pemakaman gereja St. Olav di Trondheim, Norwegia. Lokasi penguburan kerangka kuno yang diteliti ditandai dengan ada pada lingkaran merah. Penanggalan arkeologis menunjukkan tulang dikubur tahun 1200. (B) (atas) seluruh kerangka dan (bawah) tulang beserta dua gigi yang digunakan untuk mengekstrasi DNA Salmonella. (C) Peta Eropa di sekitar Norwegia (hijau) dan lokasi Trondheim (merah). (D) Tingkat deaminasi untuk membaca metagenomik dalam genom Salmonella Paratyphi C Ragna, DNA manusia dan 11 rakitan genom tunggal (Cxx) yang diidentifikasi oleh Concoc [12]. C18 (Acidovorax) dan C72 (Eubacterium) menunjukkan tingkat tingkat deaminasi yang tinggi, seperti halnya membaca dari manusia atau Ragna, sementara rakitan lainnya memiliki tingkat yang rendah dan kemungkinan mewakili bakteri lingkungan modern.

Bakteri itu disebut menimbulkan penyakit mematikan septikemia dan epidemi tifus pada babi.

Septikimia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami keracunan darah akibat bakteri dalam jumlah besar masuk ke aliran darah.

Para ahli berpikir, berbagai strain salmonella mengembangkan persebarannya selama sekitar 4000 tahun di Eropa.

Baca: Empat Nama Ini Masuk Nominasi Cawapres Prabowo, Siap Dibahas Terbuka dengan Parpol Koalisi

Baca: Bawaslu Gayo Lues Serahkan SK Petugas Sentra Gakkumdu, Ini Jumlah Personel

Ini adalah saat yang sama ketika manusia mulai memelihara babi di Eropa.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved