Feri belum Bisa Berlayar ke Meulaboh
Badai yang bertiup di pantai barat-selatan Aceh dalam tiga hari terakhir telah memicu gelombang tinggi 3 hingga 4 meter
BLANGPIDIE - Badai yang bertiup di pantai barat-selatan Aceh dalam tiga hari terakhir telah memicu gelombang tinggi 3 hingga 4 meter. Akibatnya, tanggul pemecah ombak (break water) untuk pengaman pantai di kawasan wisata Pantai Jilbab Desa Kedai Susoh dan Desa Palak Kerambil, Kecamatan Susoh, Aceh Barat Daya (Abdya), ambruk dihantam gelombang tiga hari lalu.
Juga karena alasan gelombang tinggi dan badai, kapal feri dari Pulau Simeulue belum bisa berlayar ke Meulaboh, Aceh Barat, demikian pula sebaliknya. Amatan Serambi di lokasi, Minggu (29/7), tanggul pemecah ombak yang dibangun dari bahan material batu gajah tersebut sekitar 75 meter dalam kondisi berantakan. Tidak lagi berbentuk sebagaimana layaknya tanggul pengaman.
Pembangunan tanggul pengaman tebing laut tersebut direncanakan Dinas Pengairan Aceh. Warga sekitar lokasi kecewa karena tanggul yang menelan anggaran Rp 14 miliar itu ternyata sangat cepat rusak, yaitu dibangun menggunakan anggaran tahun lalu. “Kita kecewa karena tanggul pemecah ombak ternyata tak tahan dihantam gelombang. Dibangun tahun lalu, e, sekarang sudah ambruk,” kata pemilik pondok/ kantin wisata di Pantai Jilbab.
Warga yang mendiami sekitar lokasi menduga terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan proyek menelan anggaran tergolong besar tersebut. Sebab, break water tersebut seharusnya menggunakan bahan material batu gajah (pecahan batu besar) seluruhnya.
Namun kenyataannya, bagian tangah tanggul ditimbun dengan tanah gunungberwarna kuning, kemudian dari atas ditutup dengan batu gajah. Pekerjaan yang terkesan berkualitas rendah itu mengakibatkan tanggul laut tersebut tak mampu bertahanlama. Sebagian tanggul pengaman pantai dari material batu gajah tersebut ambruk dalam kondisi berhamburan diterjang gelombang tinggi, Selasa-Rabu (24-25/7) lalu.
Dampaknya, pecahanombak kembali merendam kawasan wisata dan meruntuhkan sejumlah pondok wisata kawasan Pantai Jilbab di Desa Kedai Susoh dan Palak Kerambil. Warga sekitar mengharapkanpihak rekanan atau pelaksana proyek agar bertanggung jawab untuk memperbaiki kembali tanggul dari bahan batu gajah yang kondisinya telah berhamburan. Warga juga mempertanyakan apakah proyek tersebut sudah tuntas atau masih ada pekerjaan yang belum selesai.
Kepala Bidang Pengairanpada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang(PUPR) Abdya, H Din Armaya ST ketika dihubungi Serambi, Minggu sore, mengaku tidak tahu tentang proyek tersebut, karena ia baru beberapa bulan menempati jabatan tersebut. “Coba ditanya kepada DKP atau BPBK,” katanya.
Sementara itu, KepalaBadan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya, Amiruddin menjelaskan, proyek break water di kawasan Pantai Jilbab Susoh itu dibangun Dinas Pengairan Aceh menyerap anggaran sekitar Rp 14miliar bersumber dari APBA 2017.
“Dulu, memang kita (BPBK) dan Dinas PU yangmengusulkan, tapi pelaksanaanya ditangani provinsi tanpa koordinasi dengan kabupaten,” kata Amiruddin. Karenanya, ia pun tidak tahu apakah proyek tanggul pengaman pantai itu sudah tuntas sesuai volume atau belum. Karena tidak ada koordinasi, maka dinilai terjadi kesalahan titik lokasi pembangunan tanggul dari bahan batu gajah tersebut.
“Seharusnya, lokasi pembangunnya tak perlu harus ke tengah, tapi bisa lebih dekatpantai wisata atau pemukiman warga sehingga lebih tahan dari terpaan gelombang. Tapi, kita tak tahu juga bagaimana kajian mereka,” ungkap Amiruddin. Kepala BPBK Abdya, Amiruddin mengaku sudah melihat kondisi tanggul pengaman tebing tersebut yang rusak parah dihantam ombak pada 24 dan 25 Juli lalu.
Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Teluk Sinabanghingga Minggu (29/7) belum bisa berlayar dari Pulau Simeulue ke Meulaboh, Aceh Barat. Pasalnya, cuaca buruk berupa gelombang tinggi dan angin kencang masih melanda perairan Meulaboh sehingga kapal feri masih dialihkan ke Labuhan Haji, Aceh Selatan. Informasi diperoleh Serambi, Minggu kemarin, kapal feri rute Sinabang- Meulaboh seharusnya kemarin berada di Pelabuhan Penyeberangan Meulaboh di Samatiga, Aceh Barat.
Namun, karena cuaca buruk sehingga berlayar ke LabuhanHaji. Kapal Teluk Sinabang itu dilaporkan kemarin berada di Pelabuhan Labuhan Haji. Kecuali itu, pelabuhan di Samatiga kemarin juga terlihat sepi. Kepala Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Singkil perwakilan Meulaboh, Desrizal ditanyai kemarin mengakui bahwa kapal Teluk Sinabang belum berlayar ke Meulaboh karena cuaca buruk. “Saat ini kapal masih di Labuhan Haji,” katanya.
Diakuinya, gelombang laut masih tinggi sehingga riskan untuk melakukanpelayaran. “Maka untuk sementara waktu kita harus menunggu cuaca kembali membaik barulah pelayaran Sinabang-Labuhan Haji dilanjutkan. Kepada calon penumpang silakan ke Labuhan Haji. Harapan kita cuara segera membaik,” ujarnya.
Sementara itu, hujan lebat sudah empat malam terakhir melanda Meulaboh. Hujan turun bukan saja malam hari, tetapi juga dari pagi hingga siang. Namun, sejauh ini belum ada laporan banjir yang melanda kabupaten itu. Koordinator Tim Reaksi Cepat dari BPBD Aceh Barat Kisman ditanyai Minggu kemarin, mengatakan sejauh ini tidak ada laporan banjir. Bahkan timnya sudah mengecek ke Jalan Ateung Teupat, Kecamatan Bubon yang selama ini sering banjir. “Tidak ada yang banjir. Kondisi aman. Dua hari lalu im BPBD mengerahkan ua beko membelah suak yakni di Ujong Kalak dan Suak Nie sehingga air mudah mengalir ke laut,” katanya. (nun/riz)