Tiga Gajah Jinak Ikut Upacara HUT RI di Aceh Jaya
Tiga ekor gajah yaitu Olo, Jojo (Johanna), dan Isabella berperan sebagai pembawa bendera merah putih.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Yusmadi
Laporan Muhammad Nasir | Muhammad Nasir
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Tiga ekor gajah jinak mengikuti upacara HUT ke-73 Republik Indonesia, Jumat (17/8/2018) di Conservation Response Unit (CRU) Gampong Ie Jeureungeh, Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya.
Upacara itu diikuti oleh mahout (pawang gajah), ranger, dan pengunjung CRU.
Pantauan Serambinews.com, upacara memperingati HUT RI itu yang berlangsung di kompleks CRU itu berjalan khidmat dan sederhana.
Baca: Gajah CRU Sampoiniet Ikut Upacara HUT RI
Tiga ekor gajah yaitu Olo, Jojo (Johanna), dan Isabella berperan sebagai pembawa bendera merah putih untuk diserahkan kepada tiga orang mahout.
Selanjutnya mahout menjadi penggerek bendera yang diiringi dengan lagu Indonesia Raya.
Leader CRU Sampoiniet, Samsul Rizal kemarin mengatakan, upacara itu untuk memeriahkan peringatan HUT RI di CRU tersebut.
Baca: VIDEO - Tiga Gajah Jadi Peserta Upacara HUT ke 73 RI
Kegiatan upacara dengan melibatkan gajah merupakan yang pertama kali dilaksanakan.
Ia mengatakan, melalui upacara itu mereka juga ingin memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa gajah dapat hidup berdampingan dengan warga.
Sehingga ke depan dapat meningkatkan semangat dalam menjaga kelestarian habitat gajah.
“Kita semua yang ada di Indonesia sudah merdeka, jadi kita ingin menunjukkan bahwa bukan hanya manusia saja, tapi binatang juga sudah merdeka,” ujarnya.
Baca: Satu Gajah Betina Mati di Mila
Menurutnya, upacara dengan melibatkan gajah dapat memberikan pengalaman baru kepada orang yang terlibat.
Menurutnya, upacara memang tidak dilakukan persiapan secara khusus, karena gajah itu memang gajah jinak yang selama ini bertugas menghalau konflik di kawasan itu.
Para peserta upacara sebagian besar merupakan peserta Kemah Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Forum Jurnalis Lingkungan (FJL).
Mereka mengikuti materi tentang konservasi lingkungan dengan terjun langsung ke lokasinya.
Panitia Kegiatan, Ratno mengatakan pelatihan itu sengaja dilaksanakan di CRU, karena menurutnya jika berbicara tentang konservasi maka orang itu harus turun langsung melihatnya ke alam. (*)