Makan Siang di Restoran di Venezuela, WNI tak Cukup Uang Bayar 1,7 Miliar Bolivar, Begini Ceritanya
Dia bercerita dalam acara makan siang itu mereka menyantap kentang, kerang, ikan, dan ayam itu
SERAMBINEWS.COM - Seorang warga negara Indonesia di Venezuela bercerita saat dirinya harus membayar 1,7 miliar bolivar atau sekitar Rp 7 juta untuk santap siang di sebuah restoran.
Tri Astuti, pelaksana fungsi ekonomi kedutaan Indonesia di Caracas mengatakan, acara makan bersama sekitar 20 orang.
Hanya dengan menyantap "menu makan siang biasa" pembayaran terpaksa dilakukan lewat transfer bank karena uang yang dibawanya tidak cukup.
Baca: Dampak Krisis di Venezuela, Mulai dari Harga Daging 9,5 Juta Hingga Popok Seharga 8 Juta
"Saat kami bayar harganya 1,7 miliar (bolivar) dan di akun kami hanya ada satu miliar, jadi sama restorannya di kasih nomor rekening untuk ditransfer. Jadi asas kepercayaan saja, karena internet banking sibuk, banyak orang yang transfer," kenang Tri Astuti terkait peristiwa pada 14 Agustus lalu.
Dia bercerita dalam acara makan siang itu mereka menyantap kentang, kerang, ikan, dan ayam itu.
Pada awal tahun ini, dengan jumlah orang dan menu makanan yang sama mereka hanya membayar 500 juta bolivar.
Baca: Krisis Moneter di Venezuela, Karyawan Perusahaan Digaji Bukan dengan Uang Tapi Telur Ayam
Pada Senin (20/8/2018), Pemerintah Venezuela menerbitkan uang kertas sebagai upaya mengatasi hiperinflasi.
Akibat penerbitan uang baru itu, ribuan toko tutup keesokan harinya untuk melakukan penyesuaian mata uang.
Dengan mata uang baru ini, harga secangkir kopi misalnya yang sebelumnya harganya 2,5 juta bolivar di ibu kota Caracas bulan lalu, kini harganya 25 sen bolivar.
Baca: Presiden Venezuela Diserang Dengan Drone yang Dipasang Bahan Peledak Saat Pidato di Acara Militer
Namun, sejumlah warga di Caracas mengatakan kepada BBC, penarikan uang hanya dibatasi 10 bolivar untuk setiap orang.
Untuk menghindari membawa uang berkantung-kantung, semakin banyak warga Venezuela yang mentransfer uang untuk transaksi kecil sekalipun di tengah harga yang melejit.
Seperti yang disaksikan wartawan BBC untuk Amerika Serikat dI Caracas, para penjaga restoran memberikan rincian bank dan mempercayakan kepada pelanggan untuk mentransfer uang.
Baca: Venezuela Jadi Negara Pemilik Cadangan Minyak Terbesar di Amerika Latin yang Gagal Total
Tri Astuti dari KBRI Venezuela mengatakan, hiperinflasi sangat terasa menjelang pertengahan 2018.
Di pasar tradisional sekalipun, transaksi dilakukan melalui transfer bank karena harga sayuran mencapai 30 juta bolivar dan ikan sekitar 40 juta bolivar.
Setelah pergantian mata uang baru, makan siang di gerai cepat saji yang biasanya sekitar 65 juta bolivar, pada Rabu (23/8/2018) menjadi 625 bolivar.