Tiongkok Legalkan Penggunaan Cula Badak dan Tulang Harimau untuk Medis
“Keputusan Tiongkok dalam melegalkan Cula Badak dan Tulang Harimau ini sangat kurang ajar karena mengabaikan upaya penyelamatan satwa langka di dunia.
SERAMBINEWS.COM - Di Tiongkok, cula badak dan tulang harimau kini boleh digunakan untuk penelitian medis dan obat-obatan tradisional. Kebijakan kontroversial ini pun diprotes oleh banyak negara yang malah berupaya menyelamatkan satwa liar itu, seperti Indonesia dan sejumlah negara di benua Afrika.
Menurut pengumuman pemerintah Tiongkok pada Oktober 2018, spesimen tersebut hanya boleh didapat dari peternakan. Meski begitu, para konservasionis mengatakan, kebijakan ini akan memicu aktivitas perburuan ilegal dan semakin mengancam populasi hewan liar yang rentan punah.
“Ini sangat mengkhawatirkan,” ujar Leigh Henry, direktur kebijakan satwa liar di World Wildlife Fund (WWF), Senin (5/11/2018).
Ia memaparkan, membedakan hewan mana yang diperoleh di peternakan dengan hasil buruan sangatlah sulit.
Dengan kata lain, keputusan pemerintah Tiongkok tersebut semakin memberikan celah bagi pedagang hewan liar ilegal.
Baca: FPFFA Desak Pemerintah Lindungi Satwa Langka
Diketahui bahwa badak dan harimau merupakan spesies terancan punah dan perdagangan mereka sangat dilarang.
“WWF mendesak Tiongkok untuk tetap mempertahankan larangan perdagangan tulang harimau dan badak demi melestarikan spesies ikonik tersebut,” tambahnya.
Tindakan Tiongkok ini sangat bertentangan dengan upaya negara tersebut dalam memerangi perburuan selama beberapa tahun terakhir, seperti yang dilakukan di Indonesia.
Sebelumnya, Tiongkok telah menetapkan larangan perdagangan hewan liar selama 25 tahun serta berupaya keras mencegah impor atau ekspor bagian tubuh mereka.
World Federation of Chinese Medicine Societies – kelompok resmi yang menentukan apa saja yang dapat digunakan dalam pengobatan tradisional – juga telah melarang penggunaan cula badak dan tulang harimau dari daftar produk yang disetujui untuk digunakan pada pasien.
Baca: 21 Obat Tradisional Ini Berbahaya
Dua tahun lalu, Tiongkok bahkan mengumumkan bahwa mereka akan menutup jalur perdagangan gading gajah pada 2017.
Keputusan tersebut mendapat pujian dari seluruh dunia. Kelompok konservasi kemudian ikut memperjuangkan langkah yang dilakukan Tiongkok untuk membantu mengurangi permintaan gading dan perburuan gajah Afrika.
Debbie Banks, Tiger Campaign Leader di lembaga Enviromental Investigation Agency, mengatakan pengumuman yang dipublikasikan pada Oktober 2018 lalu tersebut, mengacaukan sikap Tiongkok terhadap perlindungan satwa liar.
“Reputasi Tiongkok sebagai pemimpin di bidang konservasi saat ini sudah compang-camping,” kata Banks.
“Pengumuman tersebut benar-benar mengancam kehidupan harimau karena dapat meningkatkan permintaan untuk bagian tubuh mereka. Begitu pula dengan badak. Keputusan Tiongkok ini sangat kurang ajar karena mengabaikan opini global dan upaya penyelamatan satwa langka,” paparnya.
Baca: Badak Jawa Bernama Samson Ditemukan Mati di Ujung Kulon, Ini Hasil Forensiknya