Isi Surat Terakhir dari Pria Amerika yang Dibunuh Suku Kuno di Pulau Sentinel

Chau mengemban misi ke sebuah komunitas yang paling tak bisa ditembus di dunia, yang dikenal karena permusuhan intens mereka terhadap orang luar.

Editor: Fatimah
NYT
John Allen Chau 

SERAMBINEWS.COM - Sebelum dia dibunuh oleh suku kuno yang terpencil di pulau "terlarang" di Samudra Hindia, John Allen Chau, seorang pemuda Amerika yang memiliki misi seorang diri untuk menyebarkan agama Kristen, mengungkapkan dua hal yang mengejutkan.

Pertama dia bersedia mati, kedua, dia juga takut.

Baca: Kronologis Lengkap Pembunuhan Balita Perempuan Berusia 1,4 Tahun yang Dilakukan Ayahnya

"Kalian mungkin berpikir saya gila dalam semua ini," tulisnya dalam sebuah surat kepada orangtuanya.

"Tapi saya pikir ini layak untuk menyatakan Yesus kepada orang-orang ini."

Surat yang dia tulis sebagian adalah jurnal, ada 13 halaman dengan banyak coretan yang berantakan.

Baca: Demam Emas, Penjarah di Timur Tengah Pelihara Jin untuk Temukan Harta Karun

Chau mengemban misi ke sebuah komunitas yang paling tak bisa ditembus di dunia, yang dikenal karena permusuhan intens mereka terhadap orang luar.

Mereka telah membunuh atau setidaknya mencoba membunuh banyak orang luar yang berusaha menginjakkan kaki ke pulau mereka, Pulau Sentinel Utara.

Pulau Sentinel Utara ini jaraknya 700 mil dari daratan India, di mana mereka adalah salah satu kelompok pemburu yang masih sangat murni, tidak ada alat-alat modern di sana.

Baca: Benarkah Penculikan di Abad 19 Jadi Penyebab Suku Sentinel Trauma Orang Asing?

Pada hari Jumat, para pejabat kepolisian India berbagi tulisan terakhir Chau, yang sebagiannya telah diterbitkan oleh media berita lainnya selama dua hari terakhir.

Pulau Sentinel Utara adalah wilayah terjauh India, dan selama bertahun-tahun pihak berwenang India telah menyatakannya pulau itu terlarang untuk di kunjungi dalam upaya untuk melestarikan budayanya.

Angkatan Laut India berpatroli di perairan sekitarnya, memastikan tidak ada otrang yang mendekat.

Tapi itu tidak menghentikan tekad pemuda bernama Chau ini.

Baca: Listrik di Seluruh Abdya Akan Padam Selama Tiga Jam

Pekan lalu, ia menyewa beberapa nelayan untuk membawanya ke pulau itu.

Dia berangkat dari Port Blair, pelabuhan utama pulau Andaman.

"Bima Sakti berada di atas dan Tuhan sendirilah yang melindungi kita dari Pasukan Penjaga Pantai dan patroli Angkatan Laut," tulisnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved