Bicara di Depan Ulama Aceh, UAS: Nyak Sandang Ikon yang Telah Menolong Negeri Ini dengan Hartanya
Abdul Somad mengajak masyarakat untuk meniru kebaikan Nyak Sandang yang telah memberi emasnya untuk pembelian pesawat RI pertama.
Penulis: Eddy Fitriadi | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dalam lawatannya yang padat ke Banda Aceh, Minggu (25/11/2018) malam, dai kondang asal Riau Ustadz Abdul Somad Lc MA menyempatkan diri bertemu dengan Nyak Sandang, pemilik obligasi pembelian pesawat Seulawah RI 001.
Baca: Ribuan Masyarakat Antusias Saksikan Penampilan Nissa Sabyan di Aceh Timur
Pertemuan itu berlangsung saat UAS menghadiri soft launching lembaga donasi ‘Rumoh Umat’ di Hotel Grand Aceh Syariah, Banda Aceh, Minggu malam, sebelum bertolak ke Masjid Raya Baiturrahman untuk berceramah.
Baca: Kuburan Mesir Kuno Periode Firaun Terkenal Ditemukan
Di sela jamuan makan malam di hotel tersebut, yang turut dihadiri Ketua HUDA terpilih Tgk HM Yusuf A Wahab alias Tu Sop, Waled Nu, Ketua Umum Rumôh Umat Tgk Mustafa Husen, UAS menyatakan kekagumannya terhadap Nyak Sandang yang dinilai pantas disebut ikon kedermawanan Aceh.
Baca: Pertama ke Sabang, Ustadz Abdul Somad Lihat Keindahan Pulau Rubiah dan Unggah Foto di Kilometer Nol
Abdul Somad mengajak masyarakat untuk meniru kebaikan Nyak Sandang yang telah memberi emasnya untuk pembelian pesawat RI pertama.
“Ketika bangsa ini berpikir bagaimana makan, berpakaian, bagaimana menutup kulit dari matahari, orang Aceh sudah berpikir memberikan emasnya untuk perjuangan bangsa ini. Bukan membeli bambu runcing atau senapan angin, dia beli pesawat,” kata UAS, disambut teriakan ‘Allahu Akbar’ dari para ulama yang berada di ruangan VIP itu.
Menurut UAS, ada banyak orang di luar sana yang berbicara banyak tentang sedekah, tapi dalam kesehariannya tak pernah bersedekah.
Sementara Nyak Sandang, puji UAS, meskipun tak mampu berteriak keras, namun emasnya sudah menggelegar di atas langit Tanah Air.
“Dialah ikon yang telah menolong negeri ini dengan hartanya. Jadi jangan ajari orang Aceh atau orang Sumatera tentang cinta tanah air. Hari ini orangnya masih hidup menjadi saksi sejarah,” jelas UAS.(*)