Simon Selamat dari Pembantaian KKB di Papua, 3 Hari Kabur Lewat Hutan, Begini Kesaksiannya

Kejadian itu dimulai pada Sabtu (1/12/2018), ketika Simon bersama satu rekan lainnya, Joni Pariangan, pergi ibadah Natal di Gereja Protestan Nduga.

Editor: Amirullah
Foto: Istimewa/Antara
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua 

SERAMBINEWS.COM, PAPUA - Masa-masa menegangkan itu sudah lewat.

Meski demikian, masih kental di ingatan Simon Tandi saat berusaha menyelamatkan diri dari kejaran kelompok kriminal bersenjata ( KKB) di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Biaya kuliah anak adalah alasan Simon yang merupakan warga Jahab, Tenggarong, bekerja di PT Istaka Karya di Nduga, Papua.

Saat dihubungi melalui ponsel pada Sabtu (8/12/2018), Simon bercerita, karena mukjizat Tuhan hingga hari ini dia masih hidup.

“Saya sungguh menyaksikan mukjizat Tuhan, saya masih hidup saat ini. Ketika mereka membantai teman-teman saya, saya hampir menyusul mereka. Beruntung, melalui warga setempat, Tuhan menyelamatkan saya,” kata Simon.

Baca: Mirip Sejarah GAM di Aceh, Natalius Pigai Ungkap Awal Mula Berdirinya OPM di Papua

Baca: 7 Fakta Temuan Karung Berisi Ribuan E-KTP, Dibuang di Area Sawah Hingga Jadi Mainan Anak-Anak

Kejadian itu dimulai pada Sabtu (1/12/2018), ketika Simon bersama satu rekan lainnya, Joni Pariangan, pergi ibadah Natal di Gereja Protestan Nduga.

Gereja ini adalah tempat rutin yang selalu Simon datangi, lokasinya tak jauh dari camp tempat mereka tinggal.

“Saya sering ke sana untuk berdoa dan ibadah. Apalagi ada ibadah Natal, maka saya tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk pergi ke Gereja,” kata Simon.

Tidak disangka, kegiatan ibadah Sabtu itu menyelamatkan Simon.

Ketika dia kembali ke camp, dia melihat kondisinya sudah berantakan.

Semua tas berisi pakaian berhamburan dan makanan berserakan di tanah.

Ke-29 temannya juga tidak ada. Simon dan Joni lantas bertanya pada warga sekitar.

Baca: Viral Video Biker Bersandal Jepit Bonceng Polisi, Kemudian Lumpuhkan Pelaku Tabrak Lari

Simon kaget, mendengar puluhan temannya dibawa ke Puncak Kabo dan diikat seperti tahanan perang.

“Saya kaget, saya bingung. Tapi saya dan Pak Joni memutuskan menyusul mereka, karena katanya saya juga dicari. Waktu itu, hati saya sudah bilang, mungkin kami akan disiksa dan dipukuli di atas,” jelasnya.

Ketika Simon dan Joni menuju ke Puncak Kabo, tiba-tiba ada warga yang memanggil mereka dengan bahasa daerah setempat.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved