Kisah Mantan Anggota NII, Banyak Hamil di Luar Nikah Hingga Setor Rp 14 M per Bulan ke 'Ibu Kota'

Mantan anggota NII, Ken Setiawan menceritakan kisahnya ketika ia masih bergabung menjadi bagian anggota NII.

Editor: Amirullah
TribunSolo.com/Agil Tri
Ken Setiawan, mantan anggota NII sekaligus ketua NII Crisis Center saat wawancara dengan wartawan di hotel best western solobaru, selasa (18/12/2018) 

SERAMBINEWS.COM - Gerakan dari kelompok Negara Islam Indonesia ( NII ) sempat ramai perbincangkan.

Bahkan, kelompok yang mengatasnamankan dirinya anggota NII saat itu cukup aktif merekrut warga agar bergabung bersama mereka.

Tak hanya itu, warga yang sudah bergabung menjadi anggota NII akan didokrin dan dicuci otaknya oleh mereka.

Mantan anggota NII, Ken Setiawan menceritakan kisahnya ketika ia masih bergabung menjadi bagian anggota NII.

Melansir Wikipedia, Negara Islam Indonesia atau disingkap NII juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI yang artinya adalah "Rumah Islam" adalah kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di Indonesia.

Baca: Bagikan Kisah Annisa Zahra yang Hafal Al Quran 30 Juz, Ustaz Abdul Somad: 24 Jam Dengar MP3 Al Quran

Ini dimulai pada 7 Agustus 1949 oleh sekelompok milisi Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim radikal, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Ken Setiawan menuturkan, ia masuk menjadi angggota NII pada awal tahun 2000.

Saat itu, Ken datang ke Jakarta untuk mengikuti lomba, namun ia tidak ikut lomba sebab bertemu seorang temannya dan dipengaruhi untuk masuk menjadi anggota NII.

"Awal tahun 2000 saya ke Jakarta untuk ikut lomba silat, disitu saya ketemu teman saya yang sudah masuk NII, kita ngobrol dan akhirnya saya membatalkan lomba karate untuk ikut NII," kata Ken dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun Solo.

Baca: Buru Kelompok Bersenjata di Pedalaman Papua, Brimob Hancurkan Markas KKB yang Baru Dibangun

Ken Setiawan saat diberikan kenang-kenang oleh Kasubdit 3 Baintelkam Mabes Polri, Kombes Pol Yosep Sriyono Joko, usai memberi materi seminar di Best Western Solo Baru, Sukoharjo, Selasa (18/12/2018) (TRIBUNSOLO.COM/AGIL TRI)

Setelah itu Ken menjabat sebagai perekrut anggota baru, dengan sasaran utama anak muda yang mudah di konspirasi.

"Kita serang sisi psikologinya, jadi metodenya berbeda-beda kepada setiap orang," ungkap Ken

Modus perekrutan yang dilakunya dengan menggunakan hukum Islam, yang ia korelasikan dengan realita bangsa Indonesia, sehingga seseorang berfikir jika Indonesia bukan negara yang ideal.

"Contohnya seperti ini, hukum Islam minuman keras itu halal atau tidak, kalau tidak mengapa di Indonesia masih menjual minuman keras, itu contoh sederhananya untuk membuat negara kita seolah-olah tidak ideal," terangnya.

Baca: Saat Gali Septic Tank, Pekerja Ini Temukan Belasan Kerangka Manusia Korban Tsunami di Kajhu

Menurutnya, dengan pola pikir kaum milenial yang masih labil, dengan logika-logika seperti demikian, anak muda menjadi sasaran empuk untuk dicuci otaknya.

Lebih lanjut ia mengatakan, perekrutan dilakukan tidak hanya di lingkungan masjid.

Sumber: Tribun Bogor
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved