Tsunami di Banten dan Lampung
Tsunami Banten Diduga Karena Erupsi Anak Krakatau: Letusan 'Ibunya' Jauh Lebih Kuat dari Bom Atom
Jika memang benar gelombang tinggi di Banten dan Lampung disebabkan oleh aktivitas Anak Krakatau, rasanya pantas jika masyarakat mulai waspada.
SERAMBINEWS.COM - Penyebab pasti dari gelombang pasang yang menerjang Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) malam masih belum bisa dipastikan.
Namun, ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, setelah melakukan kaji cepat menduga bahwa tsunami tersebut disebabkan oleh erupsi Anak Krakatau.
"Kemungkinan besar terjadi flank failure/collapse akibat aktivitas Anak Krakatau petang ini dan akhirnya menimbulkan tsunami," katanya, seperti dilansir dari kompas.com.
Jika memang benar gelombang tinggi di Banten dan Lampung disebabkan oleh aktivitas Anak Krakatau, rasanya pantas jika masyarakat mulai waspada.
Maklum, Gunung Anak Krakatau memiliki kisah sejarah yang tak pernah boleh diabaikan.
Baca: Potensi Tsunami Lanjutan, BMKG Imbau Masyarakat Tak Beraktivitas di Sekitar Kawasan Selat Sunda
Baca: Wakil Wali Kota Langsa Bersama PNS, Pramuka dan LSM Tanam 60 Ribu Bibit Bakau
Tak ada "anak" bila tidak ada "ibu", namun ke manakah sosok "Ibu Krakatau" ini?
Mengapa kini hanya ada Gunung Anak Krakatau?
Semua berawal dari letusan Gunung Krakatau pada Agustus 1883.

Ini adalah salah satu letusan gunung berapi paling mematikan dalam sejarah modern.
Waktu itu, si "Ibu Krakatau" benar-benar membuat gaduh dunia beserta isinya.
Diperkirakan lebih dari 36 ribu orang meninggal akibat letusan gunung tersebut.
Banyak yang meninggal akibat luka panas dari ledakan dan banyak lagi yang menjadi korban tsunami, menyusul ledakan.
Setelah insiden tsunami, gunung berapi runtuh menjadi kaldera di bawah permukaan laut.
Letusan juga mempengaruhi iklim dan menyebabkan suhu turun di seluruh dunia.
Sekadar informasi, Pulau Krakatau berada di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatra, Indonesia.