Krisis Muslim Uighur
Menengok Nasib Pengungsi Anak Uighur di Turki, Ada Anak yang tak Bisa Lagi Bertemu dengan Orang Tua
Masih banyak pengungsi anak Uighur lainnya yang membutuhkan dukungan finansial untuk kebutuhan hidup dan pendidikan.
SERAMBINEWS.COM - Ruangan itu sederhana, bernuansa putih dan biru laut. Layaknya ruang kelas, papan tulis dan seperangkat meja belajar di sisi kanan dan kiri ruang seluas sekitar 5x3 meter ini.
Selama bertahun-tahun ruang kelas itu menjadi tempat belajar para siswa keturunan Uighur yang mengungsi di Turki.
Pada Senin (24/12/2018) lalu, tim SOS untuk Uighur I - ACT menyapa pengungsi anak Uighur yang tengah belajar di sebuah asrama berlantai lima.
Selain ruang kelas, asrama ini juga dilengkapi perpustakaan mini dan kamar tidur untuk anak-anak Uighur.
Mereka umumnya yatim atau anak-anak yang terpisah dari orang tua mereka.

“Orang tua mereka di Cina. Dahulu kan orang tua mereka mengantar anak-anaknya ke Turki, namun sekembalinya mereka (orang tua) ke Cina, paspor mereka dicabut oleh pemerintah sehingga tidak bisa mobilisasi ke luar negeri,” terang Firdaus Guritno dari Tim SOS untuk Uighur I - ACT, Senin (24/12/2018).
Ada 50 murid Uighur yang belajar di asrama tersebut.
Mereka tidak dapat mengikuti pendidikan formal di Turki mengingat adanya kendala kelengkapan dokumen kependudukan mereka.
Warga Uighur yang sudah menetap resmi dan bekerja di Turki, membantu anak-anak tersebut agar pengungsi anak juga mendapatkan pendidikan yang baik layaknya belajar di sekolah formal.
“Mereka diajari ilmu sains, ilmu sosial, Bahasa Inggris, Bahasa Uighur, juga kultur budaya Uighur,” ungkap Ayse, salah satu akademisi Uighur di asrama itu.
Ia menambahkan, 50 anak Uighur yang diasuh di asrama itu hanya sebagian kecil saja.

Masih banyak pengungsi anak Uighur lainnya yang membutuhkan dukungan finansial untuk kebutuhan hidup dan pendidikan.
Berikhtiar membantu pendidikan pengungsi anak Uighur, ACT memberikan beasiswa pendidikan untuk 50 pengungsi anak di asrama tersebut selama beberapa bulan ke depan.
“Ini amanah dari masyarakat Indonesia untuk saudara-saudara Uighur. Semoga ini bermanfaat untuk menunjang pendidikan mereka, hak dasar setiap insan manusia,” ujar Firdaus.
Bantuan pendidikan menjadi bentuk dari penyelamatan kehidupan bagi penyintas krisis kemanusiaan, selain dari bantuan pangan, sandang, dan papan.