Wawancara Eksklusif
Ustadz Abdul Somad: Aceh Adalah Islam
PENGANTAR - Ustadz Abdul Somad, pendakwah kelahiran Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, 18 Mei 1977, sejak dua tahun terakhir
PENGANTAR - Ustadz Abdul Somad, pendakwah kelahiran Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, 18 Mei 1977, sejak dua tahun terakhir menjadi figur paling terkenal di Indonesia. Bisa dikatakan, Abdul Somad adalah dai generasi milenial yang namanya terdongkrak berkat peran para penduduk dunia maya, terutama para Youtubers (pengguna situs berbagi video Youtube).
Penguasaan ilmu agama yang mumpuni, disertai gaya penyampaian yang khas, lugas, dan terkadang kocak, membuat ceramahnya menarik hati semua kalangan, pria, wanita, ulama, akademisi, hingga kaum milenial. Tak hanya kalangan muslim, banyak nonmuslim yang juga kerap terlihat memberikan komentar bernada pujian kepada ustaz muda ini.
Video ceramahnya, full maupun potongan, banyak tersebar dan viral di media sosial. Amatan Serambi, hingga Kamis (3/1/2019), ustaz yang namanya sering disingkat UAS ini memiliki 6,4 juta follower di Instagram dan 1,2 juta pengikut di Facebook.
Saking populernya UAS, maka jika ada yang ingin mengundangnya berceramah harus bersabar dalam jangka waktu panjang. Jadwal ceramahnya sudah penuh hingga Oktober 2020. Juga butuh perjuangan lumayan berat untuk sekadar berfoto, apalagi mendapatkan wawancara eksklusif dengan sang dai kondang ini.
Wartawan Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur dan Zubir (Biro Langsa) adalah dua di antara sedikit wartawan yang bisa mendapatkan wawancara eksklusif dengan UAS. Wawancara yang difasilitasi oleh Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk HM Fadhil Rahmi ini berlangsung di sela-sela waktu istirahat UAS di Meuligoe Wali Kota Langsa, 31 Desember 2018.
Dalam kesempatan singkat, menjelang mengisi jadwal ceramah di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, dan tablig akbar malam pergantian tahun 2018-2019, UAS menjawab beberapa pertanyaan Serambi seputar kesan-kesannya setelah satu tahun lebih safari dakwah di seluruh (23 kabupaten/kota) Aceh. UAS juga memberikan tanggapannnya terhadap wacana uji baca Alquran untuk calon pemimpin. Berikut petikannya. Tonton juga videonya di Serambitv.com.
Baca: Ini Ceramah Ustadz Abdul Somad yang Pertama Kali Direkam, belum ada Video, Judulnya “11 Pintu Setan”
Dalam setahun ini, sepertinya Ustaz sudah habis berkeliling Aceh
Alhamdulillah, ya.
(Catatan Serambi, Ustadz Abdul Somad telah memulai safari dakwah secara berkesinambungan di Aceh, sejak 26 Desember 2017 pada peringatan 13 tahun tsunami. Sejak itu, UAS telah mengisi tausiah, ceramah, dan tablig akbar di seluruh kabupaten/kota di Aceh. Bahkan ada beberapa kabupaten/kota di Aceh yang telah dua kali ia datangi)
Bagaimana kesan Ustaz terhadap sambutan masyarakat Aceh?
Yang pertama, tempat yang saya bandingkan, dari mulai ujung Sumatra sampai ke Papua bagian (paling) timur (Indonesia), termasuk juga (wilayah Indonesia) bagian tengah. Bahwa kita bisa melihat respons masyarakat mulai dari cara bersalaman, cara penyambutan, itu ada beberapa titik yang luar biasa, di Sumatra itu ya Aceh dan Palembang, di Kalimantan itu Banjarmasin, diSulawesi itu di Ujung Pandang.
Apa analisis kita di titik-titik itu, yakni kuatnya ulama, habib, pondok pesantren, dan dayah. Jadi, sikap itu muncul dari latar belakang basic (background) ulama dan pesantren.
Baca: Cecilia Takut Lihat Indonesia 2019, Ustadz Abdul Somad Ungkap Hukum Percayai Anak Indigo
Ustaz bisa menceritakan kembali tentang bagaimana pertama kali datang ke Aceh?
Pertama, ada seorang ustaz dari Meulaboh, Aceh Barat yang mengenal melalui internet dan mencari nomor handphone saya. Waktu itu belum viral lagi, sekitar tiga tahun lalu. Itulah pertama kali saya datang (ke Aceh), diundang dalam rangka pelantikan Bakomubin (Badan Kooordinasi Mubalig Indonesia) di Meulaboh.
Setelah itu stop, tidak ada lagi ke Aceh. Lalu kemudian, Ustaz Fadhil Rahmi (Ketua IKAT Aceh) kakak kelas saya di Pesantren Darul Arafah Medan dan sama-sama di Mesir, meminta saya untuk datang kemari (Aceh). Ya, beliaulah yang membawa dan terus tidak putus sampai saat ini.
(Kedatangan UAS ke Aceh atas ajakan Ketua IKAT HM Fadhil Rahmi adalah untuk mengisi tausiah pada peringatan 13 tahun tsunami Aceh, 26 Desember 2017. Kala itu, UAS yang sudah viral di media sosial sempat ditolak segelintir orang untuk masuk ke Hong Kong dan satu daerah lainnya di Indonesia, sehingga UAS kemudian memutuskan mengganti jadwal di tempat-tempat tersebut dengan datang ke Aceh. Tablig akbar UAS pada malam peringatan 13 tahun tsunami Aceh di Taman Ratu Safiatuddin, 26 Desember 2017, dihadiri ratusan ribu jamaah. Ini menjadi ceramah UAS yang pertama kali dihadiri jamaah dalam jumlah kolosal)

Dalam satu kesempatan Ustaz pernah menyebut Islam masuk ke Nusantara ini melalui Peureulak, Aceh, bisa Ustaz pertegas kembali?
Bahwa terjadi ikhtilaf antara ulama, para sejarawan, antara Islam Pasai dan Peureulak, itu tak dapat terelakkan, tapi bahwa sepakat semuanya Islam berawal dari Aceh, iya. Oleh sebab itu, maka Pasai, Peureulak, Sultan Alaidin, dan Sultan Malikul Saleh, adalah orang-orang yang berjasa yang sudah mengislamkan Nusantara melalui jalur politik kekuasaan dan tanpa penjajahan. Sehingga ketika disebut Aceh, maka Aceh adalah Islam dan menjadi pengayom bagi kerajaan-kerajaan yang berada di bawah Aceh. Kita bicara tentang Melayu Langkat, Melayu Asahan, Melayu Deli, Melayu Serdang sampai ke Siak Sri Indrapura.
(Dalam beberapa kesempatan mengisi ceramah di Aceh maupun luar Aceh, UAS sering menyebut Aceh sebagai pintu masuk Islam pertama kali ke Nusantara atau Indonesia dan negara-negara rumpun Melayu di Asia Tenggara)
Bagaimana Ustaz melihat implementasi syariat Islam di Aceh saat ini?
Di mana-mana saya ceramah tentang bank konvensional yang dijadikan acuan untuk konversi dari bank konvensional ke bank syariah, tidak perlu biaya besar, tinggal datang saja ke Aceh, studi banding ke Bank Aceh.
Bagaimana cara penerapan syariat, pergi saja ke Aceh, studi banding ke Dinas Syariat Islam.
Bagaimana pengelolaan pesantren, tinggal datang saja ke Dinas Pendidikan Dayah. Bagaimana Islam bisa ditegakkan dengan aturan dari bawah, umat disadarkan dengan ceramah, dengan tausiah, kuliah, dengan kultum, seminar, dan dari atas diikat dengan aturan, lihat saja qanun-qanun di Aceh bagi yang ingin membuat perda syariah.
Bagaimana ingin supaya anak-anak muda terpelihara dan terjaga akhlakul karimah-nya, dari bawah diceramahi, dari atas diikat dengan aturan bahkan ditangkap, kalau di Mesir ada polisi adab, maka di sini (Aceh) ada polisi syariah atau wilayatul hisbah (WH).
Jadi, secara aturan, mudah saja bagi kepala-kepala daerah yang ingin menerapkan syariat Islam, dengan kesadaran umat yang sudah mulai bergejolak bangkit, datanglah ke Nanggroe Aceh Darussalam.
Beberapa hari ini muncul wacana uji baca Quran untuk capres. Wacana ini datang dari Aceh yang sudah lebih dulu menerapkannya dalam pilkada maupun caleg di tingkat lokal, bagaimana tanggapan Ustaz?
Kalau ada yang menghebohkan dan meributkan tentang ini, dia telah terlambat 800 tahun yang lalu. Ibnu Batutah dalam kitab Rihlah bercerita: Ketika aku sampai ke sebuah pulau yangbernama Sumatera, aku melihat rajanya berjubah, ulamanya berjubah, aku mereka sambut dengan gajah, dengan tentara, dengan berkuda, mereka adalah orang-orang yang hebat, mereka adalah orang-orang yang meramaikan masjid. Ibnu Batutah bercerita tentang sultan-sultan (Aceh) di masa lalu, mereka ahli dalam bidang tata kelola negara, mereka juga ahli dalam ilmu agama Islam.
Ada pesan dari Ustaz kepada masyarakat Aceh, terutama dalam menghadapi Pileg dan Pilpres 2019?
Pertama, masyarakat harus cerdas, jangan lagi menerima uang 100.000 rupiah yang hanya bisa buat tiga kali makan, untuk memilih orang-orang yang merusak bangsa lima tahun ke depan.
Maka, mapan ekonomi itu menjadi penting sekali, tapi orang-orang mapan ekonomi tidak mapan ketakutan, itu perlu kita beri keberanian. (Ada yang bilang) fotokopi KTP kami sudah diambil, kami sudah disumpah, kami ketakutan, kami diancam. (Pesan saya) ambil uangnya, jangan coblos orangnya. Di mana-mana kita sampaikan, mereka jangan takut, itu sumpah apa, tidak benar itu, mereka tidak betul.
Oleh sebab itu, umat harus dibangkitkan semangatnya. Di mana-mana kita sampaikan, minassam’a, gunakan telinga baik-baik, dengar informasi orang ini siapa, track record-nya bagaimana, masa lalu atau background-nya bagaimana, pendidikannya.
Kemudian pandang baik-baik, lihat orangnya. Tapi jangan lupa ada nur bashirah, cahaya hati, minta dan mohon kepada Allah Swt. Kalau tidak mengerti, tanya ulama, tanya abu, tanya abi, tanya teungku, tanya pimpinan dayah. Fas alu ahla dzikri, kita ada Abu Tumin, ada Abu Kuta Krueng, ada Abu Mudi, ada ulama-ulama tua yang menjadi benteng kekuatan Aceh, datang ke sana, minta petuah, minta doa, minta penawar, minta segala macam keberkahan dari para ulama.

Terakhir, Ustaz sudah berkeliling ke seluruh kabupaten/kota di Aceh, sudah menutup tahun 2018 dengan zikir dan tablig akbar di Langsa, apakah masih terbuka peluang bagi masyarakat Aceh untuk mengundang Ustaz di masa depan? Bagaimana caranya?
Kalau dikatakan setelah 23 kabupaten/kota berhenti dan tidak datang lagi, berarti saya memutuskan tali silaturahmi. Maka ini hanya sekadar mengisi daripada malam ini (malam tahun baru) orang minum khamar, berzina, daripada dia duduk di rumah, tidur tidak terelakkan, dibuatlah acara ini. Bagi yang ingin datang, datanglah live ke Langsa, menikmati kajian bersama Ustadz Habiburrahman El Shirazy, penulis ‘Ayat-ayat Cinta’, ‘Ketika Cinta Bertasbih’, bersama Ustadz Abdul Somad dan para dai lainnya, melihat kesenian Islam, itu saja. Bukan menyambut Tahun Baru Masehi dengan perayaan, ini perlu diluruskan. Ini sebagai langkah alternatif.
Bahwa setelah ini kami datang, maka sampai mati kita datang ke Aceh. Hanya saja kita selama ini skala prioritas, siapa yang mengundang duluan, itu yang kami berikan. Kita tidak pernah ada tim survei, melihat dulu apakah yang undang ini orang kaya atau pejabat. Siapa saja yang mengundang kita datang, kita tulis (catat).
Sampai hari ini, supaya tidak menimbulkan fitnah, insyaallah kalau diundang hari ini, saya akan hadir pada bulan Oktober 2020. Tidak ada pakai asisten atau manajemen. Langsung, jumpa lalu kita catat. Kapan? Setelah 2 Oktober 2020, apakah dua hari, tiga hari. Wallahua’alam.
(Informasi yang diperoleh Serambi, jadwal ceramah Ustadz Abdul Somad telah penuh hingga Oktober 2020).
Berikut video wawancara Eksklusif dengan Ustadz Abdul Somad.