FOTO - Bandara Kualanamu Kosong Melompong, Terminal 3 Soetta Sunyi Sepi Bak Kuburan

Kebijakan ini akan mempengaruhi mirisnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pusat dan akan melonggarkan rasa nasionalismenya

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Foto kiriman Mahyuddin, Direktur Akpar Muhammadiyah Aceh
Bandara Kualanamu Deliserdang Sumatera Utara, sunyi dan sepi dari aktivitas penumpang. Foto direkam Minggu 10 Februari 2019, pukul 19.45 WIB. 

Bandara Kualanamu Kosong Melompong, Penampakan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Sunyi Sepi Seperti Kuburan. Kenaikan Harga Tiket Pesawat dan Bagasi Berbayar Telah Memukul Pariwisata Aceh.

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kenaikan harga tiket pesawat rute domestik, menghadirkan pemandangan tak biasa di banyak bandara di Indonesia.

Sebuah foto yang dikirim oleh Mahyuddin, AMd.Par, SE, M.Par., Dosen Fakultas Ekonomi/Direktur Akademi Pariwisata Muhammadiyah Aceh, memperlihatkan kondisi Bandara Kualanamu yang kosong melompong.

“Belum pernah dalam sejarah, Kualanamu Airport kosong melompong; sepi banget seperti kuburan. Diduga akibat kebijakan bagasi Lion berbayar. Foto diambil pukul 19.45, 10 Feb 2019, saat sedang menunggu Lion Air tujuan Banda Aceh,” demikian keterangan menyertai foto penampakan Bandara Kualanamu yang diterima Serambinews.com, Selasa (12/2/2019) malam.

Baca: AirAsia Terbang 21 Kali Seminggu

Baca: Penjelasan INACA Soal Penyebab Harga Tiket Pesawat Banda Aceh-Jakarta Lebih Murah via Kuala Lumpur

Memukul Industri Pariwisata Aceh

Dikonfirmasi Serambinews.com via pesan Whatsapp, Mahyuddin mengatakna, kenaikan harga tiket pesawat dan pemberlakuan bagasi berbayar, telah membuat sektor pariwisata terpukul dan terjepit.

“Kebijakan yang kurang tepat dan belum layak untuk diterapkan saat ini, kami nilai sangat keliru dan salah kaprah,” kata Mahyuddin.

Menurutnya, kenaikan harga tiket pesawat dan kebijakan bagasi berbayar ini, akan memberi dampak buruk pada seluruh sektor yang berhubungan dengan pariwisata di Aceh.

“Arus kunjungan wisatawan yang ditargetkan 1000 orang ke Kota Banda Aceh dan 5000 orang kunjungan wisatawan mancanegara ke Aceh, akan menjadi angan-angan belaka,” kata Mahyuddin.

“Orang akan berfikir panjang dalam melakukan liburan atau kegiatan perjalanan wisata ke Aceh. Banyak mitra kita dari Asosiasi Pariwisata yang ingin melakukan pertemuan seminar dan wisata ke Aceh membatalkan agendanya,” tambah Mahyuddin.

“Belum lagi kerugian yang dialami oleh teman-teman di asosiasi usaha pariwisata, seperti hotel, restoran, dan travel agent yang turun drastis pendapatannya akibat melonjaknya harga tiket pesawat,” imbuhnya.

Direktur Akademi Pariwisata Muhammadiyah Aceh ini berpendapat, pemerintah harus punya andil besar dalam menyikapi keadaan ini.

“Kebijakan ini akan mempengaruhi mirisnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pusat dan akan melonggarkan rasa nasionalismenya,” pungkas Mahyuddin.

Baca: Nasionalisme Warga Aceh Diuji di Kuala Lumpur

Baca: Nyak Sandang, Garuda Indonesia, dan “Kebaikan’’ Malaysia untuk Aceh

Hal senada juga diungkap Azwani Awi (Popon), pegiat pariwisata Aceh.

"Semua yang berhubungan dengan pariwisata terpukul. Hotel, restoran, tour travel, pemandu wisata, dan lainnya. Ekonomi pun semakin terpuruk," tulis Popon dalam pesan Whatsapp kepada Serambinews.com.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved