Kupi Beungoh
Caleg, Pemilu 2019, dan Filosofi Musim Gugur
yang terpenting adalah jika dengan politik, Anda bisa ngajak orang ramai-ramai shalat fardhu ke masjid, maka teruslah berpolitik.
Caleg, Pemilu 2019, dan Filosofi Musim Gugur
MUSIM panas di Eropa seringkali tidak bisa diprediksi. Terkadang bisa hangat dan menyenangkan, kadang panasnya sampai ke ubun-ubun. Orang bilang, Eropa hanya menarik saat musim panas. Tapi saya tak sependapat.
Ya. Tidak seperti Indonesia yang hanya punya 2 musim: kemarau dan hujan, Eropa adalah negeri dengan 4 musim, yakni musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
Musim semi biasanya terjadi pada Maret, April dan Mei.
Pada musim ini cuaca cenderung hangat, menyenangkan, dan menjadi musim bagi bunga-bunga untuk bermekaran.
Dinamakan ‘semi’ karena di sana bunga-bunga memang sedang bersemi.
Musim Semi juga disebut-sebut sebagai waktu terbaik melihat ladang tulip di Belanda, atau menikmati cantiknya bunga Sakura di Negeri Jepang.
Lantas bagaimana dengan musim gugur?
Musim gugur adalah peralihan dari musim panas ke musim dingin.
Di musim ini, banyak tumbuhan menggugurkan daunnya. Pepohonan pun mulai kering.
Dedaunan yang berwarna-warni bak origami itu berguguran diterpa tiupan angin.
Tentu saja, ada daun yang kuat bertahan di rantingnya, namun ada juga yang tidak kokoh, lalu jatuh perlahan ke pelukan bumi.
Dedaunan tua akan digantikan oleh daun muda, yang qualified atau memiliki kemampuan berfotosintesis sempurna.
Keunikan musim gugur sangatlah sulit kita definisikan dengan kata-kata.
Sekaligus diingatkan bahwa musim dingin yang sepi dan panjang akan segera tiba.