Jurnalisme Warga

Asyiknya Menyusuri Sungai Kahayan

Kampus tempat saya mengajar menugaskan saya ikut mendampingi mahasiswa Universitas Almuslim

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Asyiknya Menyusuri Sungai Kahayan
IST
RAHMAD, S.Sos., M.AP., Dosen FISIP Universitas Almuslim Peusangan, Bireuen, melaporkan dari Palangka Raya, Kalimantan Tengah

OLEH RAHMAD, S.Sos., M.AP., Dosen FISIP Universitas Almuslim Peusangan, Bireuen, melaporkan dari Palangka Raya, Kalimantan Tengah

Kampus tempat saya mengajar menugaskan saya ikut mendampingi mahasiswa Universitas Almuslim bersama rombongan mahasiswa Aceh lainnya ikut kegiatan Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) di Palangka Raya. Nah, kota ini sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia, mulai dari presiden hingga rakyat biasa, karena termasuk salah satu calon lokasi Ibu Kota Negara Republik Indonesia, jika jadi dipindah dari DKI Jakarta.

Kami bersama rombongan mahasiswa dari Aceh tiba dengan selamat dan pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di landasan pacu Bandara Tjilik Riwut sekitar pukul 09.15 WIT,

Perjalanan panjang yang begitu melelahkan ini terasa mengasyikkan, dimulai dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Banda Aceh transit sebentar di Bandara Soekarno-Hatta, lalu melanjutkan penerbangan menuju Bandara Tjilik Riwut di Kalimantan Tengah.

Sesampai di Palangka Raya kami disambut oleh panitia yang sudah menunggu, selanjutnya kami diantar ke tempat penginapan yang sudah dipersiapkan oleh panitia.

Suasana perjalanan kami ke penginapan begitu semarak karena sepanjang jalan dihiasi berbagai spanduk dan umbul-umbul selamat datang. Begitu juga dengan keramahtamahan masyarakat dalam menyambut tamu yang datang. Mereka begitu hangat dan bersahabat.

Walaupun lamanya perjalanan yang saya tempuh membuat tubuh ini terasa sangat lelah, tapi sesampai di kota ini rasa capek hilang seketika sehingga tidak membuat saya terus beristirahat di penginapan, melainkan terus mencari beberapa lokasi untuk cuci mata di seputaran Kota Palangka Raya.

Salah satu objek yang saya prioritaskan untuk dikunjungi adalah sebuah sungai terkenal di kota ini, yakni Sungai Kahayan. Sungai ini dekat saja dari tempat saya menginap.

Banyak informasi yang disampaikan warga di seputaran sungai ini dan sangat bermanfaat bagi saya. Setelah mendapat informasi tersebut saya pun langsung mencari perahu kecil (kelotok) yang selalu siaga bagi para wisatawan yang ingin menyusuri sungai sambil menikmati pemandangan lebatnya hutan di sepanjang aliran sungai tersebut.

Alhasil, dengan menumpang perahu saya mengikuti perjalanan menyusuri Sungai Kahayan. Sepanjang perjalanan menyelusuri sungai yang membelah Kota Pelangka Raya tersebut, saya juga terkesima oleh pemandangan hutan yang begitu lebat dan hijau, juga dihiasi pemandangan rumah-rumah apung warga di sekitar sungai yang masih sangat sederhana dan sangat kental dimensi tradisionilnya. Jauh sekali berbeda dengan permukiman warga di kota besar.

Suasana berbeda begitu terasa ketika saya naik perahu kelotok sambil mendengar cerita dan menikmati pemandangan. Kejar-kejaran perahu kelotok ditambah lebatnya hutan di sepanjang aliran Sungai Kahayan membuat wisata sungai ini sangat menarik.

Sangat banyak perahu kelotok yang menyusuri aliran Sungai Kahayan yang airnya jernih. Sungai ini luasnya mencapai 81.48 kilometer persegi, panjang 600 kilometer, lebar 500 meter, dan kedalaman rata-rata 7 meter. Sungai yang membelah Kota Palangka Raya ini juga sering disebut dengan Sungai Biaju Besar atau Sungai Dayak Besar.

Sungai Kahayan memiliki bentuk unik karena terlihat seperti teluk yang menjorok ke dalam. Alur sungainya sangat dalam, sedimentasi di mulut sungai menyebabkan pendangkalan di sekeliling sungai. Saat melakukan wisata susur Sungai Kahayan kita tak hanya bisa menikmati pemandangan alam yang indah. Wisatawan juga bisa melihat kehidupan suku Dayak yang mendiami sepanjang alur sungai ini dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi nenek moyangnya.

Setelah menyusuri Sungai Kahayan hampir seharian, malamnya kami diterima secara resmi oleh Gubernur Kalimantan Tengah di kediamannya. Dalam jamuan makan malam tersebut kepada kami dihidangkan kuliner khas Kalimantan Tengah. Salah satunya adalah wadi ikan patin.

Dalam pidato pembukaan pak Gubernur mengatakan, apa pun alasan dan destinasi yang dituju selama di Palangka Raya akan lebih lengkap jika kita mencicipi kuliner khas Palangka Raya yang terkenal dengan rasanya yang gurih, yaitu wadi patin. Saat saya cicipi, wadi ikan patin itu memang luar biasa cita rasanya. Gurih, asam, dan asin berpadu jadi satu.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved