Breaking News

Kerak Telor, Jajanan Betawi yang Dikerubuti

Kerak telor, jajanan khas Betawi (Jakarta), ternyata menjadi salah satu makanan yang dikerubuti pengunjung arena Aceh Fair

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Kerak Telor, Jajanan Betawi yang Dikerubuti
Salah seorang pembeli kerak telor di Aceh Fair sedang menunggu kerak telor pesanannya. Per potong jajanan dari Betawi itu dipatokan harga Rp 10.000. Foto direkam Rabu (11/5). SERAMBI/SANIAH LS
Kerak telor, jajanan khas Betawi (Jakarta), ternyata menjadi salah satu makanan yang dikerubuti pengunjung arena Aceh Fair, di Blangpadang, Kota Banda Aceh. Makanan berbentuk bulat tipis, berisi telur dicampur beras ketan, ebi (udang sabu) gongseng dan kelapa parut itu, pas di lidah masyarakat Aceh.

Sepintas bentuknya seperti telur dadar. Namun ketika dimakan, rasanya renyah dan kenyal. Sejumlah pembeli mengaku, awalnya ingin tau seperti apa kerak telor. Dari rasa penasaran itu, timbul niat untuk mencicipinya, meski harus mengeluarkan kocek Rp 10.000 sekali makan. Kalau di Jakarta harganya Rp 8.000 per potong.

“Penasaran aja, belum pernah rasa. Cuma lihat di acara kuliner di televisi. Rupanya seperti martabak telur kita. Cuma bedanya martabak kita dilapisi roti canai, kalau kerak telor di dalamnya ada nasi ketannya,” ujar Syarifah, warga Blower, Banda Aceh, beberapa hari lalu.

Syarifah melihat aksi Edy (penjual kerak telor) melayani pembeli yang sudah mengantre. Ia pun kemudian ikut antre bersama pembeli lainnya. “Masaknya pakai arang, wangi,” kata Syarifah sambil mencicipi kerak telor yang disajikan untuknya. “Rasanya enak juga, dan pas dilidah ,” katanya lagi.

Edy, penjual kerak telor berdarah Betawi kepada Serambi mengatakan, ini kali pertama dia datang ke Aceh. Edy tidak sendirian. Ada seorang teman yang juga menjajakan kerak telor di Aceh Fair. Sebelumnya Edy dan temannya itu berjualan di Festival Peunayong. “Lumayan, delapan jam jualan saya dapat Rp 1,5 juta,” kata Edy.

Ia mengaku sudah dua tahun menjual kerak telor. Ia bersama tema-temannya selalu menunggu acara-acara seperti Aceh Fair yang digelar di seluruh Indonesia. “Paling jauh kami berdagang di Aceh dan Pekanbaru,” sebutnya.

Edy mengatakan, meski mengeluarkan Rp 1,5 juta untuk bayar sewa lapak di Aceh Fair, dia tetap untung. Sebab dalam dua hari modal bayar sewa lapak sudah kembali. “Dari Rp 1,5 juta yang saya dapatkan, dipotong modal Rp 600.000, untungnya Rp 900.000,” pungkasnya.(saniah ls)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved