Pelabuhan Ulee Lheue tak Miliki Air Bersih
Di tengah padatnya arus mudik dan arus balik melalui pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue ketiadaan air bersih
“Sumur bor yang menjadi sumber air untuk kebutuhan toilet dan musalla selama ini kering akibat faktor alam (kemarau). Pengguna jasa pelabuhan sempat mencak-mencak bahkan komplain,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, T Naziruddin kepada Serambi, Sabtu (3/9).
Menurut Naziruddin yang akrab dengan panggilan Ampon, persoalan air bersih dirasakan sejak Jumat (2/9) hingga Sabtu kemarin. Pihak pelabuhan terpaksa melakukan tindakan darurat membeli air untuk kebutuhan toilet dan musalla. “Pengguna jasa pelabuhan komplain. Kita terpaksa melakukan tindakan darurat dengan cara membeli air, meski beban itu dirasakan berat,” katanya.
Menurut Ampon, sumur bor pelabuhan hanya mampu menyuplai air ke toilet dan musalla sekitar 5.000 liter. Jumlah itu jauh dari mencukupi, karena dalam kondisi penumpang tidak ramai, harus ada air minimal 20.000 liter/hari. “Akhir-akhir ini jumlah penumpang yang akan menyeberang ke Balohan (Sabang) atau sebaliknya yang turun di Pelabuhan Ulee Lheue meningkat signifikan, terutama pada hari-hari mudik dan arus balik lebaran. Kebutuhan air bersih bisa mencapai 30.000-40.000 liter/hari. Puncaknya, sumur bor pelabuhan dalam dua hari ini kering,” ujarnya.
Naziruddin mengaku dalam dua hari ini (Jumat-Sabtu) sudah mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli air Rp 1 juta yang diambil dari uang retribusi masuk pelabuhan. “Sehari empat tanki air kita pasok ke pelabuhan untuk mengatasi persoalan ketiadaan air bersih,” katanya.(c47)