Mengenang Tsunami

Dedi Selamat Memegang Kulkas

Dia selamat dari tsunami karena Allah menyelamatkannya dengan memberikan dia sebuah kulkas yang hanyut untuk ia pegangi

zoom-inlihat foto Dedi Selamat Memegang Kulkas
Risa Fitria

Ibu pulang dengan menangis, sampai di rumah Ibu memeluk aku dan adik-adik, dengan terisak Ibu mengatakan Dedi sudah tidak ada lagi karena dia pergi ke laut tadi pagi, langsung saja kami histeris. Tetangga datang untuk menenangkan kami, seorang bapak menasihati kami untuk sabar, ini adalah cobaan dari Allah, kita semua harus ikhlas.

Mendengar nasehat Bapak itu, kami langsung beristigfar. Ibu meminta aku dan adik-adikku untuk mendoakan Dedi, doa anak yatim cepat diterima Allah, kata ibu pada kami. Sore itu juga ibu pergi ke Lambaro untuk mencari jenazah, semua jenazah sudah dibuka tetapi tidak ada Dedi. Ibu pulang dengan menangis. Malamnya aku bermimpi bahwa Dedi masih hidup. Setiap kali aku terbangun, aku melihat ibu menangis dan berdoa, beliau tidak bisa tidur karena terus memikirkan Dedi.

Senin, tanggal 27 Desember 2004. Ibu dibantu oleh beberapa tetangga pergi mencari Dedi, Aku dan adik-adikku tetap berada di rumah. Siang ibu kembali ke rumah dan belum menemukan Dedi. Menjelang sore, pamanku dan orang tua Dedi datang dari Tangse, mereka belum mengetahui bahwa Dedi hilang.

Ibuku memeluk ibu Dedi, sambil menangis ibu memberitahukan bahwa Dedi pergi ke laut Minggu pagi dan sampai sekarang belum tahu di mana. Ibu Dedi langsung pingsan. Ayahnya menangis. Ibuku dan Orang tua Dedi serta dibantu pamanku pergi mencari Dedi. Malam mereka kembali ke rumah dan belum menemukan Dedi, apakah dia masih hidup atau telah tiada.

Senin malam aku dan adik-adikku diajak pulang ke tangse oleh paman. Ibu dan orang tua Dedi tetap tinggal di rumah ku. Sampai di Tangse, ketika mobil yang dikemudikan paman berbelok ke jalan menuju rumah kakek ku, seorang ibu menyetop kami, paman mengenal ibu itu. Ibu itu berdiri diteras rumahnya dan berteriak, “Dedi sudah dibawa pulang ke rumah! Sambil menunjuk kearah rumah kakekku, kami semua dalam mobil mengucapkan Alhamdulillah. Paman menancap gas mobilnya, 100 meter jarak dari rumah kakek sudah kelihatan orang-orang kampung memenuhi jalan dan halaman rumah kakek.

Mereka semua datang ke rumah kakekku untuk melihat Dedi. Orang-orang ingin melihat bagaimana kondisi Dedi, karena mereka belum mengetahui kondisi sebenarnya di Banda Aceh. Aku dan adik-adikku turun dari mobil, melewati kerumunan orang, dan langsung masuk rumah kakek, kami melihat Dedi sedang berbaring di kamar, tubuhnya penuh luka, luka-luka yang parah, bahkan ada yang kelihatan tulangnya. Dia tertidur pulas. Dia dibawa pulang oleh seorang warga Tangse yang melihat dia di Masjid Raya Baiturrahman dengan tubuh penuh luka. Karena sambungan telepon ke Banda Aceh masih putus, tidak bisa menghubungi ibu dan orang tua Dedi, akhirnya paman berangkat lagi malam itu ke Banda Aceh untuk menjemput ibu dan orang tua Dedi.

Alhamdulillah kami semua masih bisa berkumpul di tangse. Aku bersyukur Allah masih menyelamatkan sepupuku itu. Setelah sebulan di tangse, kemudian aku kembali ke Banda Aceh untuk menjadi relawan.

Setelah 7 tahun musibah itu terjadi, banyak hikmah yang dapat kita ambil. Jika Allah berkehendak maka semua akan terjadi. Allah dapat mengambil nyawa dan harta kita dalam sekejap. Begitu juga jika Allah masih memberikan kita umur panjang, seperti sepupuku Dedi, dia selamat dari tsunami karena Allah menyelamatkannya dengan memberikan dia sebuah kulkas yang hanyut untuk ia pegangi. Dari bencana ini semoga kita semua bisa mengambil hikmah. Untuk kita yang masih diberikan umur panjang, semoga kita senantiasa mengingat Allah. ***

        
Risa Fitria
Mahasiswa FKIP Unsyiah
--------------------------------
Kenangan dalam bentuk tulisan dapat dikirimkan ke email: kenangtsunami2612@serambinews.com beserta foto diri, keluarga, dan kerabat yang meninggal akibat tsunami. Tak terkecuali korban selamat (survivor) yang kini telah mampu bangkit menata kehidupannya kembali.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved