Pilkada Aceh
Forum LSM Rilis 77 Kasus Kekerasan
Tim pemantau Forum LSM dan The Aceh Institute melaporkan 77 temuan kasus kekerasan yang terjadi dalam pilkada Aceh
Demikian disampaikan Asisten Program Manager Ever dari Forum LSM Aceh Irfandi Jailani pada konferensi pers di Media Center KIP Aceh, Senin (16/4). Ia menyebutkan, wilayah paling rawan aksi kekerasan adalah pantai timur Aceh.
Dari waktu kejadian, kekerasan paling banyak terjadi pada masa (saat) kampanye yang mencapai 44 kasus. Sedangkan bentuk kekerasan yang terjadi yang terbanyak adalah pengrusakan fasilitas dan alat kampanye mencapai 35 kasus.
“Pelaku dari aksi kekerasan itu umumnya adalah pendukung dari pasangan calon tertentu. Mereka menganggap hanya kandidat tertentu yang berhak memenangkan pilkada, sementara kandidat lain dianggap tidak pantas menang,” tegasnya.
Menurut Irfandi, Kabupaten Pidie adalah wilayah yang paling tidak kondusif untuk berkampanye bagi banyak kandidat. Sebagian besar kandidat di kabupaten Pidie tidak bisa menggunakan masa kampanyenya karena khawatir terjadinya bentrokan di lapangan.
Beberapa dari kandidat yang ikut dalam Pilkada Pidie sudah mengadukan kasus ini ke Panwas, KIP Pidie, dan pihak terkait lainnya. Tapi Panwas kesulitan menindaklanjuti karena tidak ada masyarakat yang berani memberikan kesaksian, sebutnya.
Irfandi juga menyebutkan di Aceh Timur, intimidasi terjadi di wilayah-wilayah perkebunan yang banyak mempekerjakan karyawan pendatang. Sehari sebelum hari H misalnya, pimpinan di perkebunan itu didatangi sekelompok pemuda dari pendukung kandidat tertentu dan meminta agar kandidat lain tidak boleh menang di lokasi itu.
Menurutnya, kasus kekerasan dan intimidasi juga terjadi pada hari H. Seperti yang terjadi di kecamatan Nisam, Aceh Utara, di mana sekelompok pemuda mencatat nama-nama saksi dari kandidat lain yang bertugas di TPS tersebut. Tidak jelas untuk apa pencatatan nama tersebut.
Sedangkan untuk kasus kekerasan pascapencoblosan, ditemukan di Aceh Utara, di mana seorang kepala dusun menganiaya warganya karena mendukung kandidat yang tidak didukung oleh kepala dusun tersebut.
“Dari semua temuan yang didapatkan di lapangan, terbukti kalau pengaruh kekuatan kelompok tertentu sangat mempengaruhi situasi di lapangan. Ironisnya, aparat keamanan tidak mampu menenangkan situasi ini karena energi mereka lebih difokuskan kepada kasus-kasus besar saja,” bebernya.(sar)