KAI
Amar Makruf dan Nahi Munkar
Bersama ini saya ingin mengetahui, apa sebenarnya yang dimaksud dengan amar makruf dan nahi munkar yang akhir-akhir ini banyak
Teungku Pengasuh KAI yang mulia,
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bersama ini saya ingin mengetahui, apa sebenarnya yang dimaksud dengan amar makruf dan nahi munkar yang akhir-akhir ini banyak dimunculkan kepermukaan, dan bagaimana pula implementasinya di tengah masyarakat? Atas jawabannya, saya ucapkan banyak terima kasih.
Abdul Hadi
Aceh Utara.
Jawaban:
Yth. Sdr. Abdul Hadi,
Waalaikumus Salam, Wr. Wb.
Al-Hayaatu Nidhaalun, kata pepatah Arab. Hidup adalah perjuangan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebathilan. Allah swt telah menetapkan tuntunan-Nya, berupa Agama Islam agar manusia tidak terperosok pada kebatilan dan sesat, yaitu jalur munkar. Firman Allah Swt: “Kok kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nyapun berada di tengah-tengah kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran: 101)
Ayat di atas menunjukkan bahwa dalam penyampaian Risalah Islamiyah, yakni tuntunan dan petunjuk Allah, tidak keseluruhan manusia secara mutlak menerimanya, melainkan sebagian ada yang inkar dan sebagian lainnya menerima tuntunan itu; dan itulah orang-orang yang memperoleh jalan lurus.
Islam sebagai agama yang sempurna —memang— telah memberikan pedoman dan cara yang baik bagi manusia, seperti cara memenuhi kebutuhan hidup, hak dan kewajiban asasi manusia, dan sebagainya.
Meski demikian, ada saja manusia yang tidak mau menerima petunjuk Allah; Mereka lebih senang memperturutkan kehendak nafsu, padahal tanpa disadari, nafsunya telah dibelokkan oleh iblis ‘alaihil lak’nah ke jalan yang sesat, penuh noda dan cela; Suka bermabuk-mabukan, gemar menganiaya orang lain, senang berbuat lacur dan zina, berjudi, memeras, melakukan pemurtadan, mencuri dan sebagainya. Jika ini berlanjut dan berkembang terus, maka sudah pasti ketenteraman, keamanan dan kedamaian tidak akan terwujud, malah sebaliknya kejahatan dan kehancuranlah yang akan merajalela dan umat pun akan meluncur jatuh ke lembah kehinaan, kenistaan dan kebobrokan.
Menghadapi kenyataan seperti itulah, Allah memerintahkan hamba-Nya yang taat untuk berbuat sesuatu demi menyelamatkan mereka sesama hamba Allah, menjaga keamanan sesama agar tidak ada yang sempat menyamar untuk pemurtadan, misalnya; berhati-hati terhadap isu-isu yang belus jelas kebenarannya; tidak boleh tidak, harus yang saling mengingatkan agar manusia tidak lupa, sehingga Allah swt mengingatkandalam Alquran, yang artinya: “Hendaknya ada di antara kamu umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh mengerjakan kebajikan, mencegah kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 103).
Senada dengan itu, Rasulullah saw juga telah untuk melaksanakan amar maruf dan nahi munkar sebagaimana sabda beliau, yang artinya: “Siapa saja di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, yakni mencegah; apabila ia tidak mampu, maka dengan lisannya, yakni menasehati; apabila ia tidak mampu, maka dengan hatinya, dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Ayat dan hadits di atas jelas merupakan perintah yang wajib bagi kita untuk melaksanakan amar makruf nahyi mungkar. Tegasnya, makruf ialah segala perbuatan yang mendekatkan diri kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah. Dengan demikian tidak salah kalau disebutkan, makruf ialah amal shalih dan munkar ialah kebalikannya.
Di antara jalan yang mendekatkan diri kepada Allah dalam batas-batas hubungannya dengan sesama hamba Allah ialah muamalah, didasarkan pada manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lain merupakan satu kesatuan; kehidupan masa kini merupakan kelanjutan masa lalu dan masa datang merupakan sambungan masa sekarang. Dalam menyambung mata rantai kehidupan inilah perlu adanya kerja sama; dalam arti saling membantu, menolong, saling pengertian dan semacamnya.
Kita perlu menyadari, bahwa kemampuan setiap pribadi tidak sama; ada si kaya dan ada si miskin, ada pemimpin dan ada rakyat biasa, ada si pandai dan ada pula orang yang memerlukan peningkatan pendidikan. Melihat kenyataan inilah, maka perlu adanya kesadaran untuk membantu dan menolong. Dalam kaitannya dengan amar makruf, kita hendaknya kita berani mengingatkan orang kaya untuk membantu si miskin dengan shadaqah, derma, zakat atau usaha sosial lainnya. Mengingatkan mereka untuk berbuat sesuatu guna kemaslatan umat adalah termasuk garis amar makruf.
Sebagai tindak lanjutnya, kita hendaknya berani menghentikan semua perbuatan yang merugikan masyarakat, seperti: pencuri, memeras, mengganggu, menyakiti lahir bathin dan semacamnya; juga perbuatan-perbuatan lain yang mengarah kepada kemerosotan moral, seperti perjudian, meminum-minuman keras maupun narkotika, pelacuran dan lain-lainnya yang serupa. Inilah kunci keberhasilan umat Islam masa lalu, sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Kamu adalah umat yang tebaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali Imran: 110).
Berdasarkan uraian di atas, maka marilah kita bersama-sama melaksanakan amar makruf nahi munkar untuk mewujudkan kehidupan yang tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin dalam naungan ridha Allah swt. Demikian, wallahu a’lamu bishshawaab.