Musang Paling Diburu di Gayo

Seiring mulai ramainya masyarakat Gayo (Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah) melakukan penangkaran luwak (musang) untuk

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Musang Paling Diburu di Gayo
SERAMBI/MAHYADI
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Prof Dr Ir Gusti Muhammad Hatta MS, (dua dari kiri) didampingi Pj Bupati Aceh Tengah, Ir Mohd Tanwier melihat berbagai model kemasan kopi Gayo dalam kunjungan kerja ke Takengon, Sabtu (22/9).
* Fenomena Baru dalam Industri Kopi Luwak

TAKENGON - Seiring mulai ramainya masyarakat Gayo (Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah) melakukan penangkaran luwak (musang) untuk menghasilkan kopi luwak sehingga hewan ini menjadi makhluk paling diburu di kedua daerah tersebut. Dalam setiap penangkaran luwak, paling sedikit menyiapkan sekitar 10 ekor luwak untuk dijadikan ‘mesin’ penghasil kopi luwak.

Saat ini, musang menjadi hewan paling diburu oleh masyarakat untuk dijual kepada para penangkar karena harga jualnya lumayan mahal. Untuk seekor musang bisa dijual dengan harga antara Rp 300.000 hingga Rp 400.000. “Ketika musang-musang liar ini terus diburu, akan merusak ekosistem karena habitatnya akan semakin berkurang. Bisa saja suatu saat nanti keberadaan luwak akan punah,” kata Sekjen Asosiasi Kopi Luwak Gayo Organik (AKGLO) Zamzam Mubarak, kepada Serambi, Jumat (21/9).

Menurutnya, jumlah penangkar kopi luwak di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah saat ini ada sekitar 10 lokasi. Di satu tempat penangkaran, ada yang memelihara musang hingga 20 ekor. Musang-musang tersebut, lanjut Zamzam, merupakan musang liar yang ditangkap warga. “Musang-musang liar ini sebagian bisa saja stres dan mati. Jika itu terus terjadi makanya dalam beberapa tahun ke depan potensi kepunahan itu bisa saja terjadi,” sebutnya.

Di sisi lain, kata Zamzam, tidak bisa dipungkiri jika harga kopi luwak memang sangat menjajikan karena lebih tinggi beberapa kali lipat dibanding kopi konvesional. Makanya, masyarakat semakin tertarik untuk memelihara musang untuk kepentingan penangkaran. “Masalahnya, kopi luwak harganya mahal karena langka dan sulit didapat. Jika produksi kopi luwak semakin banyak karena adanya penangkaran, tentunya kopi luwak nantinya tidak lagi ‘seksi’ seperti sebelumnya karena sudah mulai banyak,” papar Zamzam.(c35)

Solusi Menangkal Kepunahan Luwak
MESKI masih terlalu dini, namun kekhawatiran akan punahnya musang (luwak) dinilai sangat beralasan. Kekhawatiran ini didasarkan pada semakin meningkatnya perburuan hewan tersebut di dataran tinggi gayo yang saat ini termasuk salah satu daerah paling produktif menghasilkan kopi luwak.

Salah seorang yang mengkhawatirkan punahnya musang justru Sekjen Asosiasi Kopi Luwak Gayo Organik (AKGLO) Zamzam Mubarak. Namun, Zamzam juga menawarkan solusi untuk menangkal kepunahan musang liar.

Menurut Zamzam, untuk mempertahankan habitat musang serta menjaga kualitas kopi luwak itu sendiri, salah satu solusinya dibuat semacam lokasi atau taman luwak sehingga musang-musang itu akan tetap hidup di alam liar tanpa terganggu habitatnya. “Jika ada taman luwak selain untuk kepentingan kopi luwak itu sendiri juga berkaitan dengan lingkungan dan dapat dijadikan salah satu objek wisata,” demikian Zamzam Mubarak.(c35)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved