Breaking News

Opini

Mubazir Dalam Perspektif Alquran

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan

Editor: bakri

Oleh Abd.Gani Isa

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan”.  (QS.Al-Israa’ : 26-27).

AL-RAGHIB al-Ashfahani dalam bukunya al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an mengartikan kata israf (boros) dengan berlebih-lebihan. Adapun kata mubazzir diartikannya dengan menyia-nyiakan harta. Kedua kata ini meskipun selalu diartikan dengan satu makna dalam bahasa Indonesia yaitu “boros” namun keduanya tetap saja memiliki sisi-sisi perbedaan.

Israf nampaknya lebih mengarah kepada sifat royal dengan mengonsumsi sesuatu secara berlebihan (over dosis). Orang-orang yang seperti ini ingin saja memiliki setiap yang baru padahal barang yang lama masih berfungsi dengan baik. Pada sisi lain, Alquran juga menggunakan kata ini untuk tindakan yang berlebih-lebihan karena yang bersangkutan tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya. Adapun sifat mubazir nampaknya lebih mengarah kepada sifat kesenangan sesaat padahal masih banyak lagi manfaat yang dapat diambil dari harta yang dimilikinya. 

Bila mengeluarkan harta kekayaan dalam jumlah yang banyak (israf), akan tetapi pengeluaran ini dilakukan di jalan kebaikan tertentu, dan ada manfaatnya tidaklah dinamakan dengan tabdzîr. Karena israf, menyia-nyiakan dan merusak kekayaan memiliki makna yang lebih luas dan mencakup berbagai aspek; seperti berlebihan dalam infak-infak pribadi dan urusan sosial yang tidak bisa diartikan sebagai tabdzîr, akan tetapi tabdzîr mencakup penyia-nyiaan dan berlebihan dalam menggunakan makanan dan perlengkapan kehidupan. Dengan kata lain, bisa dikatakan setiap tabdzîr adalah israf, akan tetapi setiap israf belum tentu tabdzîr.

 Perilaku setan
Saudara setan yang tak lain adalah para pelaku israf memiliki berbagai perilaku, dan dalam setiap kondisi akan memiliki perilaku yang berbeda-beda. Mereka yang melakukan israf secara sadar dan dengan sengaja, berarti ia telah menyertai setan.

Allah swt berfirman, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat hak mereka dan kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS, al-Isra`:26-27).

Pada ayat di atas, orang-orang yang israf dikenal sebagai saudara dan pengikut setan. Oleh karena itu, di sini bisa dikatakan, barang siapa menggunakan kekayaan dan harta di luar ketentuannya, maka ia telah terlibat dalam perbuatan setan dan memiliki rasa ketakaburan. Perbuatan boros adalah gaya hidup materialis dan hidonis, gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di sekitarnya, sulit membedakan antara yang halal dan yang haram, mana yang boleh mana tidak boleh dilakukan, dan sebagainya. Allah swt menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat, karena jika semua orang menjadi boros maka suatu saat bangsa bisa rusak bahkan negara  akan hancur.

Beberapa contoh sifat boros dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: gemar membeli produk yang mahal karena gengsi, suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli, boros mengunakan air bersih dan air minum, senang membeli barang yang tidak perlu, dan memiliki hobi pamer jenis barang mahal, dan senang bila dikatakan dirinya dengan sebutan juragan atau orang kaya.

Adapun dampak buruk perilaku boros adalah uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi, menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram, malas membantu yang membutuhkan dan beramal shaleh, dan selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, dampak buruk perilaku boros ini dapat menimbulkan menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana, bisa stres atau gila jika hartanya habis, terlilit hutang besar yang sulit dilunasi, sumber daya alam yang ada menjadi habis, tidak punya tabungan untuk saat krisis

 Jauhi sifat setan
Menjauhi sifat setan berarti menjauhi diri dari sifat “mubazzir” dalam perbelanjaan, makan-minum, dan lain-lain baik dalam keadaan tertentu seperti belanja saat berada di tanah suci, menjelang hari raya (fitri dan adha), maupun di waktu lainnya, karena perbuatan mubazir adalah satu perbuatan yang amat dibenci oleh Allah. Mubazir itu perbuatan setan. Perilaku mubazir akan mengurangkan amalan sedekah. Padahal amalan sedekah akan mendapat ganjaran pahala yang besar dari sisi Allah swt, serta akan membuka berpuluh puluh pintu kebaikan dan rezeki.

Jangan berlebih-lebihan dalam hal menyediakan berbagai fasilitas, apalagi bersumber dari uang rakyat, tidak berlebih-lebihan ketika makan, seperti saat berbuka puasa dan hari raya, misalnya, atau waktu tertentu lainnya. Padahal masih banyak di luar diri kita orang-orang yang tidak makan karena kekurangan atau tidak memiliki harta sama sekali. Kurangilah belanja yang tidak mendesak, apalagi bersifat boros dan tidak perlu. Sisihlah bagian dari nikmat Allah untuk kegiatan keagamaan dan membantu para mudhta’afin yang membutuhkan uluran tangan para aghniya (orang kaya).

Berupayalah menjadi hamba Allah yang pemurah dan hemat belanja dan tidak boros. Amalkanlah tuntunan Allah dalam Alquranul Karim, surat al Furqan ayat 67, “dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”   

* Abd. Gani Isa adalah Dosen Fak.Syariah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved