Serambi MIHRAB

Agar Jumat Kita Tidak Sia-sia

ANDA mungkin pernah atau sering melihat jamaah shalat Jumat di samping Anda masih asyik memainkan telepon

Editor: bakri

ANDA mungkin pernah atau sering melihat jamaah shalat Jumat di samping Anda masih asyik memainkan telepon genggamnya, mengirim pesan singkat (sms) atau mengirim pesan via BlackBerry Messenger.

Sementara khatib sudah naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah kepada para jamaah. Perilaku ini, mulai muncul ketika perangkat teknologi komunikasi semakin canggih. Orang-orang telah dimanjakan dengan ragam fitur yang ada pada smartphone, termasuk memainkan game yang mengasyikan. Alih-alih berzikir, banyak di antara jamaah shalat Jumat justru lalai dengan smartphone miliknya. Memencet-mencet keypad atau menggulir-gulir layar sentuh dari perangkat canggihnya tersebut, sementara pada saat bersamaan khutbah sedang berlangsung. Bagaimana sesungguhnya perilaku demikian dalam etika shalat Jumat?

Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Dr Fauzi Saleh, Lc,MA yang ditanyai Serambi Mihrab, Kamis (13/1) memaparkan hal terkait etika shalat Jumat. Menurutnya, banyak jamaah yang hadir untuk shalat Jumat, tetapi jiwanya tidak ada di masjid. Mereka ada yang sibuk dengan urusan lain di luar shalat Jumat.

“Meskipun jasadnya hadir dalam masjid, tetapi hatinya justru sibuk dengan urusan lain yang tidak ada relevansi dengan shalat. Maka yang demikian mengurangi kesakralan dan kekhusyuan ibadah agung ini sekaligus mencederai shalat Jumat, kalau tidak memvonisnya `gagal’, katanya.

Menurut Fauzi Saleh, Jumat di dalam Islam dianggap sebagai hari ied atau lebaran pekanan yang disambut dengan rasa gembira dan pengagungan. Mengawali hari ini pun, umat Islam disunnahkan memperbanyak ibadah sunnah di malam harinya, mengawalinya dengan bacaan surat Al Kahfi dan membersihkan badan dan pakaian. “Meskipun pembersihan tidak dibatasi pada hari-hari tertentu, tetapi akan bernilai lebih utama bila diniatkan untuk menghadiri Jumat dengan penampilan yang lebih bersahaja,” ujarnya.

Fauzi Saleh menjelaskan, Islam telah mengatur beberapa tatakrama jamaah ketika menghadiri prosesi pelaksanaan shalat Jumat. Jamaah diperintahkan untuk berdiam ketika khatib sudah berada di atas mimbar.

Ia juga menukil satu hadits yan diriwayatkan Abu Hurairah, di mana Rasulullah Saw bersabda: Apabila engkau mengatakan kepada temanmu ketika khatib sedang khutbah “diam” maka engkau telah berbuat lagha (gugur amalmu). 

“Hal-hal yang sederhana seperti itu saja dilarang dalam agama, apalagi bila lalai dengan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan ibadah Jumat, seperti asyik mengirim sms atau blackberry messenger,” kata Fauzi Saleh yang juga dikenal sebagai dai yang aktif memberikan ceramah.

Menyimak kandungan apa yang disampaikan khatib, kata Fauzi merupakan media mendidikan qalbu. Hal ini agar jamaah mencerna sarinya dan menggerakkan anggota badan untuk melaksanakannya setelah pelaksanaan Jumat selesai.

Selain itu, jamaah Jumat juga diperintahkan untuk istima’ (mendengar dan memperhatikan) setiap ucapan yang disampaikan khatib untuk dicerna dengan baik dan ditadabburi. Kenyataan hari ini, tambah Fauzi tidak sedikit jamaah yang tertidur ketika khutbah berlangsung. Hal ini dimungkinkan karena mereka tidak menggunakan potensi akalnya untuk memahami atau menganggap remeh apa yang disampaikan khatib.

Karena itu, Fauzi menngingatkan perlu adanya penyadaran dan penyegaran kembali niat agar momen berharga tersebut memberikan manfaat yang banyak dari kandungan ceramahnya, atau nilai ritual yang terkandung di dalamnya.

Hal lain yang diperintahkan saat Jumat berlangsung yakni berdoa. Menurut Fauzi Saleh, sebagai hari yang agung, maka Jumat menjadi kesempatan besar untuk menengadahkan tangan dan memohon kepada Allah Swt. (hs)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved