Serambi MIHRAB
Pengajian Tastafi di Masjid Raya
Pengajian Tasawuf, Tauhid, dan Fikih (Tastafi) untuk kali pertama akan diadakan di Masjid Raya Baiturrahman, malam ini Jumat (7/3)
BANDA ACEH - Pengajian Tasawuf, Tauhid, dan Fikih (Tastafi) untuk kali pertama akan diadakan di Masjid Raya Baiturrahman, malam ini Jumat (7/3) pukul 20.00 WIB.
Ketua Panitia pengajian tastafi, Tgk Marwan Yusuf mengatakan hal ini dilakukan karena jumlah jamaah semakin bertambah sehingga memerlukan tempat yang lebih luas untuk menampung para jamaah.
“Setelah tujuh kali dilangsungkan di Meunasah A Latief belakang Masjid Raya, jamaah pengajian tastafi terus membludak menyesaki setiap sudut Meunasah. Karena masyarakat pedagang Gampong Baro dan Pasar Aceh memberi dukungan yang luar biasa,” ujarnya, Kamis (6/3).
Selain itu juga kata Tgk Marwan, Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H Hasanoel Bashri (Abu Mudi) akan melakukan terobosan baru dalam memberi materi, yaitu lebih memfokuskan pada pertanyaan atau dialog interaktif, di samping juga membaca kitab Sirussalakin.
Sekretaris Panitia, Tgk Muhammad Balia menambahkan pihaknya sudah menyebarkan undangan pengajian ke sejumlah pejabat SKPA dan SKPD Banda Aceh, seluruh kampus, keuchik, camat, imam masjid, Badan Kemakmuran Mesjid, dayah dan pesantren.
“Alhamdulillah sekarang pemakaian Masjid Raya sebagai tempat pengajian secara cuma-cuma sudah diizinkan lewat surat yang ditanda tangani Imam Mesjid Raya Prof Azman Ismail, kami sangat bahagia karena Masjid Raya akan bisa menampung banyak jamaah pengajian ini,” ujar Tgk Marwan.
Sementara Humas pengajian tastafi, Teuku Zulkhairi MA berharap pejabat-pejabat yang berdomisili di Banda Aceh dan Aceh Besar serta dan masyarakat dapat mendukung pengajian tersebut. “Ini momen kita belajar langsung dari ulama mengingat saat ini ulama Aceh yang kharismatik hanya tinggal sedikit lagi,” demikian Zulkhairi.
Tastafi adalah singkatan dari Tasawuf, Tauhid dan Fikih. Belajar Tauhid untuk menjauhkan diri dari syirik, baik syirik kecil maupun syirik besar. Belajar tasawuf untuk membersihkan hati dari segala sifat tercela dan mengisinya dengan sifat terpuji. Sementara belajar fikih agar ibadah kita sah, agar muamalah kita di dunia senantiasa dalam jalur Islam.
Dalam bahasa Aceh, beut Tauhid peujioh syiriek, buet Tasawwuf peugleh hate, beut fiqh peusah ibadah. Dalam ilmu tasawuf, kita diajarkan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela seperti Hubbuddunya (terlalu cinta pada dunia), Thama’, ittiba-ilhawa (mengikuti hawa nafsu), Ujub, Riya’, Takabur, Hasud, Sum’ah dan sebagainya. Kemudian, dalam tasawuf ini kita juga diajarkan untuk mengisi hati dan jiwa kita dari sifat terpuji, seperti Zuhud, Qana’at, Shabar, Tawakal, Mujahadah, ridha, Syukur, Ikhlas dan sebagainya.
Selain dialog interaktif, Abu Mudi akan membaca kitab Sair al-Salikin ila ‘Ibadati Rabbil ‘alamin, sebuah kitab Tasawuf yang dikarang oleh Syaikh ‘Abdussaomad al-Falimbani. Sair al-Salikin adalah kitab yang sangat terkenal di Nusantara. (hs/ari)