Serambi MIHRAB
Imam al-Ghazali Produktif Menulis
Al-GHAZALI adalah tokoh intelektual Muslim kesohor dengan sebutan Hujjat al-Islam (Pembela Islam)
Oleh Dr. H. Syamsul Rijal, M.Ag, Dosen Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry, Alumnus Dayah MUDI Mesra Samalanga.
Al-GHAZALI adalah tokoh intelektual Muslim kesohor dengan sebutan Hujjat al-Islam (Pembela Islam). Ia tidak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga ternama di dunia belahan Barat. Buah karyanya dalam pelbagai bidang ilmu menjadi rujukan, khususnya ketika orang hendak melakukan pengkajian terhadap Islam. Mengapa ia menjadi terkenal, bukan terbatas karena kepakaran (keulamaannya) tetapi adalah didukung sebagai sosok yang produktif menulis, tradisi dia dalam menulis amat patut dijadikan teladan oleh intelektual muslim terkini.
Nama lengkap al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali al-Thusi. Al-Ghazali lahir pada 450 Hijriyah (1058 M) di Thus, satu kota di Provinsi Khurasan di Persia (Iran) yang didominasi oleh mayoritas Islam Sunni dan sebagian kecil Islam syi’ah, serta penduduk yang menganut agama Kristen.
Ayahnya tergolong orang yang saleh dan hidup secara sederhana. Kesederhanaannya dinilai dari sikap hidup yang tidak mau makan kecuali atas usahanya sendiri. Diceritakan, ayahnya pada waktu senggang sering berkesempatan berkomunikasi dengan ulama pada majelis-majelis pengajian. Ia amat pemurah dalam memberikan sesuatu yang dimiliki kepada ulama yang didatangi sebagai rasa simpatik dan terima kasih.
Sebagai orang yang dekat dan menyenangi ulama, ia berharap anaknya kelak menjadi ulama yang ahli dalam agama serta memberi nasihat pada umat. Harapannya dikabulkan oleh Tuhan dengan lahirnya al-Ghazali yang kemudian terkenal sebagai ulama besar yang dalam ilmunya, dan menjadi pembela agama sehingga mendapat gelar Hujjat al-lslam (Pembela Islam) dan Zain al-Din (Hiasan Agama).
Kebesaran al-Ghazali tidak sempat dilihat ayahnya, karena ia meninggal sebelum al-Ghazali dewasa. Tetapi, sebelumnya ia sempat menitipkan al-Ghazali dan adiknya Ahmad kepada seorang sufi kenalan dekatnya yang hidup sangat sederhana untuk membekali al-Ghazali dengan berbagai ilmu yang dimilikinya. Mengenai ibunya, tidak diketahui secara jelas karena para sejarawan tidak menurunkan riwayatnya dalam catatan sejarah hidup al-Ghazali. Tetapi, dapat dipastikan bahwa, dia sempat menyaksikan anaknya pada jenjang karier yang tinggi sebagai ulama besar dan agung pada masanya.
Mempelajari tasawuf
Al-Ghazali, selain mendapat bimbingan dari ayahnya, dibimbing pula oleh seorang sufi kenalan dekat ayahnya. Di samping mempelajari ilmu tasawuf dan mengenal kehidupan sufi, ia juga mendapat bimbingan studi Alquran dan hadis, serta menghafal syair-syair. Ketika sufi pengasuh al-Ghazali merasa kewalahan dalam membekali ilmu dan kebutuhan hidupnya, ia dianjurkan untuk memasuki satu sekolah di Thus dengan beasiswa.
Sebagai pemikir besar di dunia Islam, al-Ghazali sangat produktif menulis. Jumlah karya yang ditinggalkan belum disepakati oleh penulis sejarahnya. Tetapi, dengan penelitian cermat dan akurat Abd Rahman Badawi mencantumkan dalam kitab Muallafat al-Ghazali bahwa, kitab-kitab yang ada hubungannya dengan karya al-Ghazali terbagi kepada tiga: Pertama, kitab yang dapat dipastikan sebagai buah karya al-Ghazali, jumlahnya sebanyak 72 buah; Kedua, kitab yang diragukan, kitab ini berjumlah 22 buah, dan; Ketiga, adalah kitab yang dipastikan bukan buah karya al-Ghazali, terdiri atas 31 buah.
Karya al-Ghazali dengan gaya bahasa yang jelas dan kesimpulan yang tegas dibarengi dalil yang kuat menunjukkan kedalaman daya nalarnya. Setiap ilmu yang ditulis dijadikan hujjah. Dalam bidang ilmu Ushul Fiqh, ia menulis al-Mustasfa, termasuk kitab acuan terpenting dan terpercaya. Dalam bidang teologi, ia menulis kitab al’Iqtishaad fi al-l’tiqad.
Kitab ini berisikan pembahasan teologi menurut paham Asy’ary. Kitabnya yang berisikan ilmu-ilmu keagamaan dalam bidang tauhid, fiqh, akhlak, dan metode suluk, yang cocok dijadikan pedoman bagi setiap umat Islam adalah Ihya ‘Ulum al-Din. Kitab ini banyak dibaca di dunia Islam dan oleh karena itu kitab ini mempunyai pengaruh yang luas di kalangan umat Islam.
Dalam bidang etika (akhlak), ia menulis Mizan al-Amal yang setara nilainya dengan kitab Tahzib al’Akhlak buah karya Ibnu Maskawaih. Dalam bidang mantiq (logika), ia menulis Mi’yar al-’ilmi dengan ulasan yang mendasar serta argumen yang kuat. Dalam bidang filsafat, ia menulis kitab Maqdshid al-Falasifah (Tujuan para Filosof). Kitab ini dituliskan ketika ia menjadi tenaga pengajar di Universitas Nidzamiyah Baghdad.
Pada 1145 Masehi, Domonicus Gundisalinus telah menerjemahkan Maqdshid al-Falasifah ke dalam bahasa Latin dengan judul Logica et Philosophia Algaziles Arabis. Buku al-Ghazali yang termasyhur dalam bidang ini adalah Tahdfut al-Falasifah (Kerancuan para Filosof). Kitab ini juga diselesaikan ketika ia masih berstatus sebagai tenaga pengajar di Baghdad, Irak.
Pada abad ke-13 Masehi, kitab Tahafut al-Falasifah telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Tahafut (Berguguran atau Kehancuran) sehingga diterjemahkan dengan Destructions Philosophorum. Seorang filosof skolastik yang sezaman dengan Thomas telah menerjemahkan kitab Tahafut al-Falasifah dengan Ruina Philo-shophorum, artinya menghancurkan dan meruntuhkan para filosof.
Buah karya al-Ghazali yang lain, dan masih menjadi acuan penting, terutama dalam menelusuri sejarahnya, adalah al-Munqidz min al-Dhalal (Penyelamat dari Kesesatan). Al-Ghazali mengatakan bahwa ia telah sampai ke akhir jalan raya dunia dengan menjalankan masa hidupnya yang terakhir dalam dunia tasawuf. Ilmu inilah yang dinilai al-Ghazali telah mengantarkannya kepada hakikat keyakinan yang hakiki.
Al-Ghazali juga menulis risalah dalam bidang tasawuf Misykat al-Anwar, Mi’raj al-Salikin, dan Minhaj al-’arifin. Semua karya tersebut merupakan bukti akan keluasan daya nalar dan pemahaman al-Ghazali terhadap beberapa disiplin ilmu. Nah bagaimanakah dengan kita hari ini, sudahkan kita transformasikan nilai ilmu dalam memaknai realitas yang melahirkan banyak karya? Wallahu a’lam bi al-shawwab.
(email: surat.rijal@gmail.com)
Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |