Serambi MIHRAB

Tuntutlah Iptek Sampai ke Persia

REVOLUSI Islam Iran yang dipimpin Ayatullah Rohullah Khomeini pada 1979, telah membuka sebuah jalur baru

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Tuntutlah Iptek Sampai ke Persia
WAKIL Rektor UIN Ar-Raniry Dr Syamsul Rijal MAg (kiri) menyerahkan cenderamata kepada Prof Dr Mohammad Hossein Mokhtari (tengah) dari Kedubes Iran dan Hajjatollah Ibrahimian Ph.D (kanan) selaku Konselor Kebudayaan Kedubes Iran, pada Seminar Internasional “Science and Technology in the Muslim World” di Aula PPs UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Sabtu (22/11). FOTO: PUSAT STUDI PERSIA UIN AR-RANIRY

REVOLUSI Islam Iran yang dipimpin Ayatullah Rohullah Khomeini pada 1979, telah membuka sebuah jalur baru menuju jalan kemanusiaan yang sebelumnya telah kecewa dengan doktrin-doktrin materialis Timur dan Barat. Syiar revolusi Islam menegasikan ajaran-ajaran liberalisme Barat dan Marxisme Timur, kini berdiri tegak di atas landasan agama Islam, kedaulatan Allah dan dukungan puluhan juta rakyat Iran. Tak berlebihan ketika Imam Khomeini mengungkapkan bahwa revolusi Islam yang berhasil menumbangkan rezim monarki yang telah puluhan tahun bercokol di bumi Persia itu sebagai mukjizat abad ke-20.

Ketua Pusat Penelitian Taqrib Lembaga Taqrib Madzahib Al-Islamiyah yang juga Guru Besar Universitas Iran, Prof Dr Mohammad Hossein Mokhtari, memaparkan hal itu dalam pengantar makalahnya berjudul “Analisa Keberhasilan-keberhasilan Saintifik dan Teknologi Revolusi Islam Iran” pada Seminar Internasional “Sains dan Teknologi di Dunia Muslim” di Aula PPs UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, Sabtu (22/11) lalu. Seminar ini diselenggarakan atas kerja sama Pusat Studi Persia UIN Ar-Raniry dan Kedutaan Besar (Kedubes) Republik Islam Iran.

Seminar yang dibuka oleh Wakil Rektor UIN Ar-Raniry, Dr Syamsul Rijal MAg dan diikuti oleh sekitar 200 peserta itu, mengahadirkan pula dua pemateri lokal masing-masing Prof Dr M Hasbi Amiruddin MA (Guru Besar yang juga Ketua Pusat Studi Persia UIN Ar-Raniry) dengan makalah berjudul “Sains dan Teknologi dalam Islam”, dan Dr Mustanir Yahya MSc (Dosen Universitas Syiah Kuala) dengan makalah “Aceh dan Kebutuhan SDM bidang Sains-Teknologi).

Tulisan kedua pemateri tersebut disajikan terpisah Sementara Kamaruzzaman Bustama-Ahmad PhD (Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry) dipercayakan sebagai moderator.

Menurut Mohammad Hossein Mokhtari, sepanjang 36 tahun usia Republik Islam Iran, telah mencapai berbagai keberhasilan dengan lompatan spiritual, politik, ekonomi, saintifik dan teknologi di hadapan gelombang konspirasi Barat yang cukup berat. “Dengan pengakuan kawan dan lawan, setelah melewati 36 tahun dari kemenangan Revolusi Islam Iran dengan menghadapi berbagai serangan, ancaman dan tekanan, kini Revolusi ini telah berubah menjadi kekuatan nomor satu di kawasan Timur Tengah dan dunia Islam yang bukan hanya tidak bergantung kepada kekuatan lain manapun, bahkan telah merusak seluruh teori dan skenario mereka untuk menguasai negara-negara Islam,” katanya.

Mokhtari yang datang ke Aceh didampingi Konselor Kebudayaan Kedubes Iran, Hajjatollah Ibrahimian PhD, lebih lanjut memaparkan bahwa sebelumnya (prarevolusi Islam), Iran tidak terdaftar dalam list dunia di bidang produksi dan ilmu pengetahuan. Produk-produk industri dan teknologinya pun sangat terbatas dan umumnya sebatas perakitan. Namun, kini Iran telah berhasil mencatat berbagai kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), termasuk dalam bidang nuklir.

Terkait penguasaan pengetahuan dan teknologi nuklir untuk kepentingan damai, kata Mokhtari, kini telah menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi bangsa Iran di bidang saintifik. “Keberhasilan ini menjadi cukup signifikan, karena di samping kerumitan teknologi, adanya embargo ekonomi dan tekanan saintifik yang ditimpakan pihak Barat kepada Iran, para ilmuan Iran berhasil mencapai tingkat kemampuan saintifik tersebut,” katanya.

Menurut Mokhtari, tercatat mulai 20 Farvardin 1386 (bertepatan dengan 9 April 2007) dalam kalender Iran, yang merupakan tonggak awal gerakan maju bangsa Iran dalam bidang nuklir damai. Ketika itu aktivitas pengayaan uranium dengan memanfaatkan pengetahuan lokal dan produksi jenis yellowcake pertama, menjadi titik mula Iran menuju kemajuan-kemajuan yang lebih besar di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan penyempurnaan siklus bahan bakar nuklir. “Momentum tersebut, kini diperingati sebagai Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran pada seiap tahunnya,” ujar Mokhtari.

Guru Besar Universitas Iran itu menambahkan, revolusi Islam Iran pada tahun-tahun terakhir ini telah mencapai berbagai keberhasilan yang besar dalam kemajuan pengetahuan nuklir Iran. Iran pada empat tahun yang lalu mampu menambah potensinya dalam bidang teknologi nuklir dan penyempurnaan siklus bahan bakar nuklir dengan mengaktifkan generasi baru sentrifugal dalam instalasi di Natanz, Isfahan, Arak dan Fordo. “Begitu juga, satu keberhasilan besar Iran berada di bidang pengayaan uranium dengan kemurnian 20 persen untuk memenuhi bahan bakar reaktor medis dan pembangkit listrik,” kata Mokhtari.

Dalam bidang pertanian pun dengan memanfaatkan teknologi nuklir, para ilmuan Iran berhasil memproduksi modifikasi spesies tanaman. Di antara spesies-spesies termodifikasi dapat disebutkan seperti gandum berdaya tahan di daerah bergaram, benih gandum berdaya tahan lama dalam menghadapi udara dingin, produksi bibit kapas yang dimodifikasi berdaya tahan dalam menghadapi serangan hama jamur dan menciptakan berbagai jenis buah-buahan yang cepat matang/dipanen. “Dengan memanfaatkan teknologi nuklir, para ilmuan akan mampu meningkatkan produk-produk yang tahan terhadap salinitas dan dingin serta menambah masa daya tahan produk-produk pertanian,” katanya.

Di bidang nanomedis pun, Iran mengalami kemajuan signifikan yang di antara hasilnya adalah produksi nano obat cerdas, seperti Angipars untuk pengobatan ulkus diabetikum dan lainnya, obat Imod untuk meningkatkan daya tahan badan pada pasien pengidap HIV/AIDS. Begitu pula, di antara keberhasilan lain para ilmuan Iran adalah produksi jenis-jenis pipa dan cat bangunan berdaya tahan lama dengan pijakan teknologi nano. “Ringkasnya, kini Iran di bidang tersebut berada di peringkat pertama di kawasan dan di antara 53 negara Islam serta peringkat 14 dunia,” sebut Mokhtari.

Satu bidang kemajuan Iran lainnya adalah keberhasilan saintifik dan riset dalam pengetahuan ruang angkasa. Republik Islam Iran menjadi satu-satunya negara di kawasan yang memiliki kemampuan lokal meluncurkan dan membuat satelit dengan berbagai target serta secara perlahan memperluas usaha dalam bidang ini. “Selama 36 tahun terakhir ini, Iran memiliki capaian-capaian penting dalam bidang industri pertahanan, pengembangan pengetahuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan,” katanya.

Iran juga mencatat kemajuan yang luar biasa dalam bidang bioteknologi, yang kini menduduki peringkat 23 dunia. Tidak diragukan, hal ini disebabkan oleh aktivitas-aktivitas biotek di 120 universitas dan lebih dari 40 pusat penelitian dan riset serta 100 pusat spesialis di Iran yang telah berhasil memproduksi lebih dari 100 produk di beberapa tahun terakhir ini. Iran di bidang ini dengan produksi 470 dokumen berada di posisi pertama di antara negara-negara Islam dan kawasan dan posisi 23 dunia di antara seluruh negara. “Dan banyak capaian-capaian lainnya dalam berbagai bidang selama 36 tahun terakhir ini,” pungkasnya sembari menambahkan bahwa kini banyak negara yang mengirimkan mahasiswanya untuk belajar sains dan teknologi di Iran. Nah, bagaimana mahasiswa kita? (asnawi kumar)

Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved