Serambi MIHRAB
Umat Islam di Aceh Jangan Banyak Teori
Umat Islam di Provinsi Aceh diingatkan agar tidak terlalu banyak berteori dan menyiapkan berbagai konsep dalam kehidupannya
BANDA ACEH - Umat Islam di Provinsi Aceh diingatkan agar tidak terlalu banyak berteori dan menyiapkan berbagai konsep dalam kehidupannya termasuk menjalankan aturan-aturan syariat Islam sesuai dengan perintah Allah Swt.
Karena, jika terlalu sibuk teori saja dan lebih banyak bicara namun miskin implementasi, hanya akan membuat posisi umat Islam lemah, sehingga penerapan nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah terwujud. “Kita berharap, umat muslim Aceh baik pemerintah maupun masyarakat kita tidak terlalu banyak teorilah. Tapi segera saja berbuat secara sungguh-sungguh. Jika hanya sebatas bicara saja dengan konsep tanpa berbuat, maka syariat Islam akan terasa hampa,” ujar Tenaga Pengajar pada Yayasan UKBA Turki di Banda Aceh, Tgk H Umar Rafsanjani Lc MA.
Pernyataan itu disampaikannya saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (3/12) malam. Pengajian yang diikuti kalangan wartawan, akademisi, anggota DPRA, unsur pemerintahan, santri dan mahasiswa itu mengambil tema, “Mengutamakan Allah di Tengah Kehidupan Dunia”.
Ia mengingatkan, masyarakat dan pemerintah jangan lagi terlalu sibuk membahas konsep dan teori tentang syariat Islam, karena aturan tentang itu sudah jelas diatur oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, Hadits dan Ijmak Ulama. Apalagi Provinsi Aceh telah diberikan kewenangan untuk menjalankan aturan syariat Islam oleh Pemerintah RI. “Sudah 12 tahun lebih aturan syariat Islam diberlakukan di Aceh. Tidak waktu lagi kita berbicara konsep. Sekarang saatnya menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau hanya ngomong-ngomong terus, syariat Islam di Aceh hanya akan jadi bahan olok-olok masyarakat luar,” ungkapnya.
Ustaz Umar menyebutkan, dalam penerapan syariat Islam pada pengamalan kebaikan dan amar makruf itu harus dimulai dari pribadi masing-masing hingga ke jenjang atas. Sementara untuk mencegah kemaksiatan (nahi mungkar), itu harus dimulai dari pemerintah atau dari atas ke bawah. Ia juga mengungkapkan, di Aceh atau di Indonesia pada umumnya hari ini sudah terlalu banyak orang pintar tapi krisis orang jujur. Untuk membenahi kealpaan tersebut, katanya, kita mulai menata keluarga dan lingkungan yang kondusif untuk lahirnya manusia yang hidup ikhlas mencari keridhaan Allah.
Ustaz Umar juga menilai kelemahan kita orang Aceh atau Indonesia pada umumnya adalah terlalu banyak bicara tapi sedikit berbuat. “Berbeda sekali jika dibandingkan dengan beberapa negara lain yang sudah saya kunjungi, kurang bicara banyak berbuat,” ungkapnya. Ia menguraikan ayat perayat dan hadist perhadist yang menyangkut dengan mengutamakan Allah di tengah kesibukan dunia. Antara, ketika mengutamakan Allah, sebenarnya dalam shalat fardhu sehari semalam sudah kita ulang-ulang sampai lima kali sudah mengikrarkan pengakuan “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah. Nah, dah tahapan ucapan dan pengakuan sudah ada. Namun implimentasinya tinggal dimaksimalkan sebagai bentuk mengutamakan Allah dari kesibukan dunia,” katanya.
Kemudian dari Ibnu Abbas RA, katanya: Pada suatu hari aku berada di belakang Rasulullah SAW (boncengan), lalu baginda bersabda: Wahai anak, peliharalah Allah niscaya (Dia) akan memelihara kamu, peliharalah Allah niscaya (Dia) akan berada di hadapan kamu, dan jika engkau memohon maka memohonlah kepada Allah (HR Tarmidzi).
Maksudnya, hendaklah sentiasa memelihara hukum Allah, hak Allah, perintah Allah dan larangan Allah. Jika sudah kita laksanakan perintah dan larangan niscaya Allah akan menolong kita.
Kandidat Doktor Universitas Utara Malaysia (UUM) Jurusan Studi Islam ini juga menyesalkan, prilaku muslim Aceh akhirnya ini. Krakater kita hari ini penuh dengan kamuflase semata bahkan sudah sampai pada taraf penjilat untuk menyenangkan atasan demi mengejar materi dunia, tapi tidak takut pada Allah.
“Kerja kalau di depan bos, bekerja juga mengarap pujian dan imbalan. Semua itu sudah melenceng dari nilai keislaman sebgaimana diikrarkan dalam shalat. Kita mesti sesuai antara ucapan dengan pekerjaan yang kita lakukan,” kata Ustaz Umar yang juga alumni Dayah Salafiyah BUDI Lamno dan Labuhan Haji tersebut. (ari/min)
Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |