Serambi MIHRAB

Bahana Dalail Khairat

MEMBACA kitab Dalail Khairat sudah menjadi tradisi dan ritual rutin bagi para jamaah masjid, dayah

Editor: bakri

MEMBACA kitab Dalail Khairat sudah menjadi tradisi dan ritual rutin bagi para jamaah masjid, dayah, pesantren, surau dan meunasah-meunasah desa di Aceh. Seperti halnya Alquran, Dalail Khairat ini juga kerap dimusabaqahkan. Apalagi dalam bulan atau momentum maulid Nabi Muhammad saw seperti sekarang ini, perayaan/peringatan maulid kerap diisi dengan ceramah dan zikir maulid berupa pembacaan Dalail Khairat.  

Kitab Dalail Khairat disusun oleh Abu Abdillah Muhammad Ibn Sulaiman al-Jazuliy al-Simlaliy al-Syarif al-Hasani, yang lebih dikenal dengan sebutan Imam atau Syekh al-Jazuliy. Ia dilahirkan di Jazulah, Marokko, Afrika. Imam al-Jazuliy belajar di Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai yang terletak tak jauh dari Mesir. Di kota ini pula ia menulis kitab Dalail Khairat yang terkenal itu.

Menurut riwayat, Syekh al-Juzuliy terinspirasi menulis Dalail Khairat ketika suatu hari akan mengambil air wudhuk, namun tali timbanya putus. Akhirnya beliau berusaha untuk mencari tali pengganti, yang sialnya karena begitu dalamnya sumur itu, sehingga setiap tali yang ia masukkan tidak pernah sampai, sehingga membuatnya bingung.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang kemudian meludah di sumur itu dan begitu mudahnya orang itu mengambil air dengan tangannya sendiri, karena setelah sumur itu ia ludahi seketika air yang ada di dalam sumur itu naik ke atas dengan sendirinya. Syekh al-Jazuliy pun bertanya: “Dengan apakah engkau memperoleh karamah (keramat) ini?”. Orang itu menjawab: “Saya banyak membaca selawat kepada Nabi Muhammad saw.”

Mendengar pengakuan orang tersebut, Syekh al-Jazuliy pun sejak saat itu bertekad dan bersungguh-sungguh menyusun sebuah kitab yang berisi tentang selawat Nabi saw. Dan, setelah melakukan riyadhah dan uzlah selama 41 tahun, maka Syekh al-Jazuliy berhasil menyusun kitab Dalail Khairat yang banyak dibaca orang sampai saat ini, terutama para generasi muda Islam termasuk di Aceh.

Riwayat Dalai Khairat
Satu riwayat lainnya menyebutkan bahwa sebab-musabab Syekh al-Jazuliy mengarang kitab Dalail Khairat adalah karena pada suatu saat beliau singgah di suatu desa bertepatan dengan waktu (habisnya) shalat Dhuhur. Tetapi beliau tidak menjumpai seorang pun yang dapat beliau tanyai untuk mendapatkan air wudhuk.

Akhirnya, beliau menemukan sebuah sumur, namun tidak ada timbanya. Ia pun kemudian berputar-putar di sekitar sumur dalam keadaan bingung karena tidak menemukan alat untuk menimba air. Tetapi tingkahnya itu kemudian dilihat oleh seorang anak perempuan kecil yang umurnya ditaksir baru sekitar 7 tahun.

Anak itu bertanya kepada Syekh al-Jazuliy: “Ya Syekh, mengapa Anda tampak seperti orang kebingungan berputar-putar di sekitar sumur?” Syaikh menjawab: “Saya Muhammad ibn Sulaiman.” Anak itu bertanya lagi: “Apa yang hendak Anda kerjakan?” Syekh al-Juzuliy menjawab: “Waktu shalat Dhuhur sudah sempit, tetapi saya belum mendapatkan air untuk berwudlu.”

Anak kecil itu pun kemudian mendekat ke bibir sumur dan meniupnya sekali ke dalam sumur. Tiba-tiba air sumur itu memancarkan ke atas dan menggenangi sekitar sumur seperti sungai besar. Peristiwa itu benar-benar membuat Syekh al-Jazuliy takjub dan bertanya kepada anak itu: “Wahai anak perempuanku, saya mohon kamu mau menceritakan kepadaku dengan apakah kamu bisa mendapatkan martabat yang tinggi ini?”

Lalu anak perempuan kecil itu menjawab: “Saya mendapatkan keistimewaan ini karena membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.” Setelah peristiwa itu kemudian Syekh al-Jazuliy mengarang kitab Dalail Khairat di kota Fas. Sebelum beliau menyebarluaskan kitab itu, beliau mendapat ilham untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya di Jazulah.

Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu bertemu Syaikh Abu Abdillah Muhammad ibn Abdullah as-Shaghir, seorang penduduk di pinggiran desa dan beliau berguru Dalail Khairat kepadanya.  Kemudian Syekh al-Jazuliy melaksanakan kholwat untuk beribadah selama 14 tahun dan kemudian keluar dari kholwatnya untuk mengabdikan diri dan menyempurnakan pentashihan kitab Dalailul Khairat pada hari Jumat, 6 Rabiul Awwal 862 H.

 Keutamaan berselawat
Dalail Khairat adalah sebuah kitab yang berisi selawat kepada Nabi Muhammad saw. Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab beliau, al-Dur al-Manzhud fi al-Shalat wa al-Salam ‘ala Shahib al-Maqam al-Mahmud (Cet. Dar al-Minhaj, hal. 136-180) menyebutkan banyak fadhilah (keutamaan) berselawat kepada Nabi Muhammad saw, di antaranya: Allah, Malaikat dan Rasulullah saw akan berselawat pula kepadanya (orang yang berselawat).

Selain itu, berselawat akan meninggikan derajat, menghapuskan kejahatan dan bersalawat itu sebanding dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya; Menjadi sebab terlepas dari penyakit nifaq dan terlepas dari api neraka serta mengangkatnya kepada derajat para syuhada; Menjadi kifarat baginya dan zakat bagi amalnya; Menjadi sebab berdekatan dengan bahu Rasulullah saw di pintu syurga, dan berbagai keutamaan lainnya.

Syekh al-Jazuliy senantiasa berpegang teguh terhadap hukum-hukum Allah Swt dengan melaksanakan ajaran Alquran dan Sunnah. Ia memperbarui thariqat di Maghribi dari berbagai pengaruh buruk. Iabenar-benar seorang yang mencurahkan waktunya untuk menolong dan memberikan manfaat kepada umat. Banyak sekali orang mengikuti dan mengamalkan thariqatnya. Mereka juga banyak yang datang langsung kepada Syekh al-Jazuliy untuk ber-taqurrub dan mencari ridha Allah Swt.

Syekh Muhammad Al-Jazuli wafat ketika sedang melaksanakan shalat Subuh pada 16 Rabiul Awal 870 Hijriyah. Ia dimakamkan ba’da shalat Dhuhur pada hari itu juga, di tengah masjid yang ia bangun sendiri. Setelah 77 tahun, makamnya dipindahkan ke Marakisy, Marokko. Konon, saat jenazahnya dikeluarkan dari kubur, keadaannya masih utuh, rambut dan jenggotnya masih tampak bersih seperti pada hari beliau dimakamkan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved