Serambi MIHRAB
Mengenali Iman yang Sehat
Tidak sulit mengenali iman yang sehat dan sakit. Kualitas iman bisa dikenali ketika suara azan berkumandang di masjid
BANDA ACEH - Tidak sulit mengenali iman yang sehat dan sakit. Kualitas iman bisa dikenali ketika suara azan berkumandang di masjid. “Kalau hati dan prilaku tergerak untuk ke masjid, itu menandai imannya masih sehat. Namun, apabila hati dan tindakan tidak bergerak, maka imannya sudah soak,” kata Pimpinan Pondok Pesantren Tgk Chiek Oemar Diyan Indrapuri, Aceh Besar, Tgk H Fakhruddin Lahmuddin SAg MPd.
Pernyataan tersebut disampaikan Fakhruddin Lahmuddin yang juga Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry, saat menjadi penceramah pada pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) pada Rabu (25/3) malam lalu, di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh.
Menurutnya, iman seseorang bisa sehat dan bisa pula suap. Untuk memperbaiki iman yang suap, Fakhruddin menganjurkan untuk memaksakan diri untuk melawan kemalasan tersebut. “Ketika dia paksa untuk jalan Allah. Allah selalu memudahkan orang yang berbuat baik. Artinya, semakin bersungguh-sungguh kita melakukan ibadah kepada Allah, maka Allah akan memudahkan kita melakukan ibadah,” jelasnya.
Selain itu, tambahnya, faktor yang membuat masjid makmur atau tidak bukan semata-mata karena fasilitas mewah masjid. Bahkan, tidak menjamin masjid yang bagus akan banyak jamaahnya. Tapi tergantung kepada tingkatan keimanan dari tentangga masjid. “Ada masjid yang bagus kadang-kadang orang hanya pergi pergi ke toilet masjid, bukan shalat,” ujar Fakhruddin.
Dikatakannya, yang dimaksud tetangga masjid bukan orang-orang yang tinggal di lingkaran masjid. Tapi setiap orang yang mendengarkan suara azan dari masjid mana saja yang dekat denganya. Mengutip Ibnu Abbas, siapa yang mendengarkan azan dari suatu tempat, tapi dia tidak mendatangi tempat tersebut dan hanya menunaikan shalat secara sendiri di rumahnya, maka salatnya tidak sempurna.
Lebih lanjut Fakhruddin mengatakan, iman itu menjadi kuat apabila sinkron dalam tiga komponen yaitu, yakin dengan hati, terucap dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Jika salah satu dari tiga komponen tersebut tidak ada, maka iman seseorang tidak sempurna. “Ini mesti berangkat dari keyakinan. Apakah keyakinannya sudah betul atau belum. Tidak mungkin jika prilakunya tidak betul tapi keyakinannya bagus,” katanya.
Dia menjelaskan, untuk menguatkan keberadaan iman dalam hati tidak bisa hanya dengan berangan-angan. Tapi harus dilakukan dengan tindakan. “Problem umat pada menyakini (keimanan). Apa sebab sahabat Nabi mendapat gelar radhiyallahu ‘anhum dari Allah. Sebabnya, karena mereka yakin betul dengan janji Allah,” demikian Fakhruddin Lahmuddin.(mz)