Serambi Otomotif
Sentuhan tanpa Batas untuk Si Klasik
TAK selamanya brang jadul atau klasik harus dimuseumkan
TAK selamanya brang jadul atau klasik harus dimuseumkan. Jika mendapat polesan atau sentuhan seni, maka barang klasik tersebut akan banyak yang lirik bahkan bernilai jual tinggi. Barang-barang klasik yang telah mendapat sentuhan seni dan perawatan yang luar biasa sabar itu dipertontonkan oleh komunitas Honda Klasik Atjeh (HOKA) Banda Aceh. Ratusan sepeda motor (sepmor) klasik keluaran tahun 70 hingga 80-an dipamerkan pada Festival Sepeda Motor Klasik di pelataran parkir Stadion H Di Murthala, Lampineung, Banda Aceh, Sabtu 18 April 2015.
Ratusan sepmor tua yang masih asli ataupun yang sudah dimodifikasi mewarnai festival tersebut. Seperti jenis Class Cup C70, S90/Benly, dan CB/CG. “Festival ini dalam rangka memeriahkan Anniversary Ke-2 HOKA,” kata Ketua Umum HOKA Banda Aceh, Taufieq Rusmar ST.
Dia menjelaskan kegiatan itu sebagai ajang silaturahmi antarkomunitas dan untuk ‘unjuk diri’ sepmor klasik di tengah kecanggihan serta kemajuan teknologi otomotif dunia. Sejak dibentuk pada 6 April 2013, komunitas HOKA terus mempertahankan nilai keaslian motor tersebut dengan menggunakan spare part bawaan sepmor tersebut.
“Klasik itu bagian dari sejarah, tanpa adanya motor tua sudah pasti tidak ada motor baru. Jadi ini satu penghargaan kita terhadap orang terdahulu,” ujar dia yang juga Ketua Umum Honda Classic Club Indonesia (HCCI) Regional Aceh.
Menurutnya, kegiatan itu diadakan untuk meningkatkan minat anak muda pada sepmor tua. Pada festival itu, pihaknya memperlombakan empat kategori, seperti sepmor jenis classic original, jenis classic abal-abal, classic modification, dan non-classic modification.
Adapun kategori yang diperlombakan adalah Class Cup C70, S90/Benly, dan CB/CG. Sementara untuk jenis non-classic modification memperlombakan kategori caferacer, bratstyle, bobber, chopper, choppy cub, street cub, jap style, dan scrambler. Selain itu juga dimeriahkan dengan aneka kegiatan lain seperti balap lambat motor tua, freestyle motor tua, rapa-i geleng, lomba fotografi, dan touring Kota Banda Aceh.
Festival yang berlangsung sehari tersebut mendapat perhatian dari Pemerintan Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Disbudpar Kota Banda Aceh, BKKBN, Capella Dinamika Nusantara, Unity/Sampoerna, Bank Bukopin, dan Café Helsinky. Perhatian juga diberikan oleh Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Agus Kriswanto berupa tanggungan uang pembinaan untuk setiap pemenang.
Taufieq juga menyebut beberapa kendala yang dihadapi, termasuk spare part sepmor klasik. Selain sudah langka, harga spare part juga tergolong mahal. “Mungkin karena sudah langka,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya tetap setia dengan si klasik di tengah kecanggihan kendaraan zaman sekarang. Melalui komunitas HOKA, selain membangun silaturahmi antarkomunitas, juga melakukan kegiatan sosial, seperti membantu korban gempa Gayo dan korban banjir di Aceh Barat.
Adapun komunitas yang ikut berpartisipasi pada kegiatan ini adalah HOKA Banda Aceh, MPCC Sigli, Moclas Beureuenun, Honda Juang 70 Bireuen, Jejaka Community Aceh Utara, CAC Sungai Raya Aceh Timur, Louser Langsa, Kasta Aceh Tamiang, Komrat Aceh Tamiang, HC 70 MU Meulaboh, HTCM Meulaboh, Hotab Aceh Barat Daya, Bhocah Bener Meriah, Hojac Sabang, dan CB Nekad Banda Aceh.
Sedangkan komunitas sepmor klasik dari luar Aceh di antaranya Choke Keudiri, CBCL Lampung, CB Labusel Sumatera Utara, Classic Wonogiri, dan CB Bejat Jatipuro. Hadir pula komunitas mobil tua se-Banda Aceh seperti Komunitas Mobil Holden, Koetaradja VW Club, Mercedes Banz, dan Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI).(mz)
Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |
