Rokok Ikut Tambah Warga Aceh Miskin
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Hermanto mengungkapkan komoditi makanan dan rokok
BANDA ACEH - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Hermanto mengungkapkan komoditi makanan dan rokok berpengaruh besar terhadap bertambahnya penduduk miskin di Aceh. Hal ini jika dibadingkan dengan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Hermanto menyampaikan hal ini dalam siaran resmi berita statistik kepada wartawan di kantor BPS Aceh, Banda Aceh, Senin (4/1). Menurutnya, berdasarkan survei tingkat kemiskinan yang terakhir pada September 2015, jumlah penduduk miskin di Aceh mencapai 859 ribu orang, bertambah 8 ribu orang dibandingkan Maret 2015, yaitu 851 ribu orang.
“Dari total 52 kebutuhan pokok bahan pangan yang berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah penduduk miskin di perkotaan dan pedesaan di Aceh adalah beras prosentase di perkotaan 32,59 persen serta 34,60 persen di pedesaan. Kemudian dilanjutkan dengan rokok kretek filter 12,02 persen di perkotaan dan 12,35 persen untuk pedesaan,” kata Hermanto.
Hermanto menyebutkan komoditi lainnya adalah ikan tongkol, tuna dan cakalang dengan prosentase di perkotaan 6,42 persen dan 6,64 persen di pedesaan. “Beras dan rokok sangat memengaruhi garis kemiskinan pedesaan di Aceh,” tandasnya.
Sedangkan jika dilihat secara menyeluruh dalam survei terakhir itu pada September 2015, jumlah penduduk miskin juga lebih banyak di pedesaan, yaitu 703 ribu orang. Sedangkan di perkotaan berkurang 155 ribu orang dibanding survei pada Maret 2015.
“Beban penduduk di pedesaan jauh lebih tinggi dibandingkan di perkotaan dan pendapatan masyarakat di pedesaan sampai sekarang masih belum menjanjikan, didorong lagi pendapatan mereka belum permanen, masih berpengaruh pada musiman,” terang Hermanto.
Belum lagi, lanjut Hermanto, inflasi pedesaan lebih tinggi dibandingkan inflasi perkotaan yang masih bisa ditekan. “Inilah yang membuat prosentase penduduk miskin di Aceh naik lagi. Walaupun ada momen nasional dan internasional tidak akan pengaruh untuk Aceh, apabila ekonomi di pedesaan tidak kita dorong. Harusnya pemerintah lebih konsentrasi ke pedesaan, buruh banyak di desa, Nilai tukar petani lagi turun, walaupun ada perkebunan, saat ini pun harga komoditas perkebunan pun sedang turun,” papar Hermanto.
Sementara itu, kenaikan harga bahan makanan di pasaran pada Desember menjadi pemicu utama terjadinya inflasi di Banda Aceh sebesar 0,54 persen, Lhokseumawe 1,31 persen, dan Meulaboh 0,49 persen, sehingga secara agregat Aceh mengalami inflasi sebesar 0,76 persen.
Pada kesempatan itu, Hermanto juga menyatakan berbagai realisasi program pengentasan kemiskinan untuk sementara belum berdampak signifikan. Karena itu, ia berharap ke depan kemiskinan di pedesaan bisa dikurangi melalui banyaknya dana desa yang diplotkan pemerintah.
“Pemerintah pusat memberikan dana ini karena mengetahui kantong-kantong kemiskinan itu banyak di pedesaan. Jadi ke depan dana desa ini yang harus dimanfaatkan untuk menjadikan ekonomi di pedesaan jadi lebih hidup, masyarakat mendapatkan pekerjaan yang pendapatannya permanen dan terjamin,” demikian Hermanto. (avi)