SMKN Penerbangan Memprihatinkan
SMKN Penerbangan Aceh yang berada di Blangbintang Aceh Besar, terhitung sejak 2 Januari 2017 kemarin resmi
* Siswa Tidur di Kelas
BANDA ACEH - SMKN Penerbangan Aceh yang berada di Blangbintang Aceh Besar, terhitung sejak 2 Januari 2017 kemarin resmi difungsikan. Sebanyak 318 siswa/siswi sudah menetap dan belajar di sekolah tersebut. Namun sayang, kondisi sekolah sangat memprihatinkan.
Asrama sekolah hanya tersedia 1 unit, khusus untuk para siswi. Sedangkan 241 siswa lainnya terpaksa menggunakan ruang kelas sebagai asrama mereka. “Memprihatinkan sekali, 30 Siswa tidur dalam satu ruangan. Mereka tidur di lantai menggunakan kasur, tanpa tempat tidur,” ungkap Ketua Fraksi Gerindra/PKS DPRA, Abdurrahman Ahmad, kepada Serambi, Minggu (15/1).
Hal itu diketahuinya saat melakukan inspeksi mendadak ke sekolah tersebut, Sabtu (14/1). Kedatangannya disambut Kepala SMKN Penerbangan Aceh, Feri Naldi. Ia juga sempat menanyai salah seorang wali murid, Muhammad Bahi PhD Tq.
Abdurrahman menyebutkan, selain masalah asrama, jaringan distribusi air juga tidak berfungsi, sehingga harus diperbaiki sendiri oleh pihak sekolah. Menurut dia, kondisi ini terjadi karena pengerjaannya yang asal-asalan. “Sumber air ada, jaringan pipanya juga ada, dan sudah ditanam di dalam tembok. Tapi semuanya bocor karena disambung tanpa menggunakan lem pipa,” ucapnya.
Ruas jalan di dalam komplek sekolah juga belum diaspal, sehingga saat musim hujan, kondisi jalan menjadi sangat becek. Para siswa terpaksa harus melepas sepatu saat masuk ke ruang kelas. “Dari awal, proyek sekolah ini memang dikerjakan asal-asalan. Padahal ini sekolah unggul, hanya ada empat di Indonesia,” ucapnya.
Menurut Anggota DPRA dari Dapil I ini, masih sangat banyak kekurangan yang harus dibenahi, termasuk ketersediaan rumah ibadah dan olahraga. “Di komplek sekolah ini masjid tidak ada. Saat akan shalat Jumat, para siswa dilansir menggunakan bus ke masjid-masjid di tempat lain yang jaraknya lumayan jauh,” ucap Abdurrahman.
Karena itu ia meminta Dinas Pendidikan Aceh agar segera membenahi dan melengkapi segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan SMKN Penerbangan Aceh tersebut. “Tahun ini harus segera dibangun asrama putra, masjid, dan jalan. Tetapi jangan asal bangun seperti yang sudah-sudah. Ini sekolah unggul, hanya ada empat di Indonesia. Sekolah ini seharusnya menjadi kebanggaan bagi Aceh,” pungkas Abdurrahman.
Persoalan lainnya adalah, sertifikat tanah sekolah tersebut juga belum ada. Padahal ini merupakan salah satu syarat utama untuk bisa mendapatkan bantuan dari pusat. Abdurrahman meminta DPKKA segera menuntaskan persoalan tanah ini.
Sementara itu, salah seorang wali siswa, Muhammad Bahi PhD Tq, mengaku tidak menyangka kondisi sekolah masih serba darurat seperti ini. Meski demikian ia dapat memahami alasan sekolah itu difungsikan, meski belum dilengkapi dengan fasilitas dan sarana yang memadai.
“Setahu saya, sekolah ini dibangun sejak tahun 2014. Ibarat rumah, kalau sekolah ini tidak digunakan, maka dia akan rusak dengan sendirinya,” ucap Bahi.
Bahi bahkan mengaku ikut menyumbangkan tanah untuk menimbun jalanan yang becek di sekolah tersebut. Namun andaikan seluruh orang tua siswa turun tangan, hal itu tetap tidak akan membantu banyak. Satu-satunya harapan adalah kepedulian dari Pemerintah Aceh.
“Harus ada dukungan dari Pemerintah Aceh. Apalagi sekolah ini merupakan sekolah milik provinsi, sekolah unggulan yang tidak dimiliki oleh semua provinsi. Di Indonesia hanya ada empat SMKN Penerbangan. Ini seharusnya menjadi peluang besar bagi anak-anak Aceh,” harap Bahi yang juga Dosen di Fakultas MIPA Unsyiah ini.(yos)