Ini Ajimat Rante Bui Milik Tgk Cot Plieng, Kebal Peluru, Cerita Hingga Tersimpan di Museum Belanda
Karena tak lagi memiliki jimat stempel tersebut Teungku Cot Plieng pun akhirnya berhasil disergap oleh pasukan patroli pimpinan Letnan Terwogt.
Penulis: Muslim Arsani | Editor: Muhammad Hadi
Ia pun disergap, tapi Teungku Cot Plieng berhasil lolos dari “lubang jarum” dengan meninggalkan Alquran dan jimat stempelnya.
Jimat stempel yang ditemukan dari Teungku Cot Plieng itu, disebut-sebut merupakan warisan dari Teungku Syeh Saman Di Tiro, yang dikenal dengan Teungku Chik Di Tiro.
Karena tak lagi memiliki jimat stempel tersebut Teungku Cot Plieng pun akhirnya berhasil disergap oleh pasukan patroli pimpinan Letnan Terwogt.
Dalam penyergapan tersebut, ulama karismatik itu pun gugur tertembak.
Mayatnya kemudian diusung ke salah satu bivak, untuk keperluan identifikasi.
Belanda heran, karena mayat tersebut tidak membusuk.
Untuk memastikan kalau itu adalah Teungku Cot Plieng, Belanda akhirnya memanggil Panglima Polem.
Baca: Habib Teupin Wan, Pahlawan yang Terlupakan
Sampai di sana, Panglima Polem memberi hormat pada mayat itu dengan melakukan sujud di tengah orang-orang Aceh yang terdiam karena rasa hormatnya.
“Ketika kami berjumpa, Panglima Polem bilang hal itu merupakan rahasia Tuhan,” jelas Zentrgaaff.
Zentrgaaff, penulis yang pernah bertugas sebagai militer di Aceh, namun kemudian beralih menjadi wartawan Harian Java Bode.
Panglima Polem pun kemudian melepaskan rante bui dari mayat Teungku Cot Plieng dan memberikannya kepada Van Daalen, seorang perwira Belanda.
Tapi Van Daalen menolaknya, karena tak suka terhadap hal-hal yang berbau mistik.
Setelah operasi pembersihan besar-besar dilakukan pasukan Belanda di Pidie, ajimat itu kemudian dihadiahkan kepada Veltman, perwira Belanda lainnya yang kerap dipanggil sebagai “Tuan Pedoman”.
Ia tidak juga memakai ajimat itu.