Breaking News

LIPSUS Proyek Tinja di Makam Ulama

ARSIP - Gampong Pande, Riwayatmu Kini

Kini jejak kegemilangan yang mencapai puncaknya pada masa kesultanan Iskandar Muda itu sesekali masih menyilaukan sinarnya melalui temuan koin emas...

Penulis: Nurul Hayati | Editor: Zaenal
MAPESA
Salah satu nisan yang tercabut saat penggalian kolam IPAL, Gampong Pande, Banda Aceh 

PENGANTAR - Tulisan ini sudah pernah tayang di Serambinews.com pada Senin, Senin, 13 Oktober 2014. Kami menganggapnya layak dipublikasikan kembali menyusul kondisi kekinian di gampong yang merupakan cikal bakal Kota Banda Aceh ini.

***

(Baca: PENGANTAR Lipsus Proyek Tinja di Makam Ulama)

Nisan-nisan itu membisu. Menyisakan jejak raja diraja kerajaan Aceh yang sudah berkalang tanah. Kuta Raja, kotanya para raja itu kini telah menapaki usia 808.

Adalah Gampong Pande, sebuah desa yang terletak tak jauh dari jantung kota yang menjadi cikal bakal kota yang kini berganti nama menjadi Banda Aceh.

Kompleks Makam Tuan di Kandang, Putro Ijo, dan Kompleks Makam Raja-Raja Gampong Pande menjadi tempat peristirahatan terakhir yang mengingatkan akan kemasyhuran Kerajaan Aceh pada masa lampau.

Tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada pengujung 2004 silam telah mengubur sebagian bukti sejarah desa yang pada masa itu dikenal sebagai perajin emas dan pandai besi.

Manuskrip kuno hingga bangunan yang telah ada berabad abad lampau lenyap ditelan tsunami.

Kini jejak kegemilangan yang mencapai puncaknya pada masa kesultanan Iskandar Muda itu sesekali masih menyilaukan sinarnya melalui temuan koin emas, porselen, hingga pedang VOC yang menggegerkan Aceh dan dunia arkeolog.

“Tuan di Kandang datang dari Baghdad pada 1116 Masehi bersama 500 orang rombongan dan berlabuh di Pantai Cermin. Ia datang dengan tujuan menyebarkan agama yang pada masa itu Aceh masih animisme (kepercayaan). Ia diberi tempat untuk menyebarkan agama untuk ahli tafsir, tahfidz, dan tassawuf,” terang tokoh masyarakat Gampong Pande, Sayyid Zulkarnain Alaydrus.

(Baca: Cerita Warga Rohingya: Menakutkan, Desa Dibakar, Banyak Anak dan Orang Tua Terpisah)

Ia menerangkan, jejak Tuan di Kandang atau yang bernama lengkap Al Makhdum Abi Abdullah Syaikh Abdurrauf Al-Mulaqqab terlihat dari kompleks pesantren (dayah) berupa pondasi masjid, sumur tua yang mata airnya tak pernah mengering, dan ruangan untuk khalwat (kaluet) para sufi.

Menurut riwayat seperti yang tertuang dalam manuskrip Universiti Kebangsaan Malaysia, Kerajaan Aceh berdiri dengan sultan pertama yaitu anak Tuan di Kandang bernama Sultan Djohan Syah.

Jejak rekam pembawa syiar Islam itu sejak dua tahun belakangan menjadi agenda wajib Pemerintah Kota untuk melakukan napak tilas sejak ditetapkannya Gampong Pande sebagai titik nol Banda Aceh.

“Kalau memang sudah ditetapkan sebagai wisata titik nol, upayakan ke arah sana seperti dengan pemugaran makam, gapura masuk, pustaka, serta pembebasan lahan untuk areal tambak yang kini menjadi lahan tidur,” tukas warga lainnya, Amiruddin Is dalam dialeg Aceh yang kental.

Saat ini desa yang dikelilingi tambak itu dihuni sekitar 200-an KK dengan areal seluas 180 hektare.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved