Ini Dia Christopher Wylie, Mahasiswa Pembocor Skandal Pencurian Data Pengguna Facebook
Bannon juga sempat menjabat sebagai konselor senior Presiden Trump. Bannon, yang tengah menyiapkan kampanye Donald Trump
Baca: BBPOM dan Dinkes Razia Swalayan
Cara Cambridge Analytica mendapat data pengguna Facebook Tahun 2014, Wylie bertemu dengan Aleksandr Kogan di Universitas Cambridge.
Kogan menawarkan cara tercepat, termurah dan berkualitas untuk memanen data pengguna Facebook. Kepada Wylie, ia mengaku memiliki aplikasi bernama "thisisyourdigitallife" di Facebook yang memberikan akses khusus, bukan hanya sekedar dari data pengguna dalam aplikasi tersebut, namun juga jaringan teman para pengguna aplikasi. "Gampangnya, jika Anda menggunakan aplikasi tersebut, Saya tidak hanya akan bisa melihat profil Anda saja, tapi juga teman-teman Facebook Anda", jelas Wylie seperti dilansir KompasTekno dari The Guardian, Jumat (23/3/2018).
Kogan diketahui pernah mengirim e-mail kepada Wylie tentang sifat-sifat personal para pengguna Facebook yang bisa diprediksi melalui aplikasi.
Aplikasi buatan Global Science Research tempat Kogan bekerja, memang kerap menyuguhkan survei tentang kepribadian yang tersebar di Facebook.
Pengguna aplikasi ini secara tidak sadar menyerahkan dengan suka rela data personal mereka, apa yang mereka sukai, di mana mereka tinggal, serta siapa saja teman mereka.
Bahkan, Wylie menuturkan, aplikasi tersebut bisa merangsek ke pesan pribadi di Facebook, meski ia tak tahu apakah Cambridge Analytica juga mengakses pesan pribadi atau tidak.
"Kami hanya perlu menyentuh ratusan ribu akun orang, lalu menyebarkannya lebih luas ke seluruh wilayah AS", ungkap Wylie.
Memang, aplikasi Kogan hanya diunduh 270.000 pengguna Facebook, namun dampaknya hingga puluhan juta data pengguna. Wylie menambahkan hanya perlu dua hingga tiga bulan untuk memanen 50 hingga 60 juta data pengguna.
Memanfaatkan psikologi untuk mempengaruhi pemilih
Wylie sempat berujar, jika dirinya telah membuat senjata perang psikologi untuk Steve Bannon.
Menurutnya, Steve sangat ambisius karena dirinya meyakini bahwa untuk mengubah politik, harus mengubah dulu budayanya, karena politik mengalir dalam budaya.
Lantas untuk mengubah budaya, maka ubahlah masyarakatnya. "Jika Anda ingin mengubah masyarakat, hancurkan dulu. Setelahnya, kumpulkan pecahan tersebut menjadi masyarakat baru sesuai visi Anda", imbuh mahasiswa PhD jurusan fashion trend forecasting ini.
Baca: Kasad Lantik Mayjen Hafil Fuddin Jadi Pangdam IM
Konsultan Pilpres Wylie kemudian merancang Psychological Operation (Psyop), sebuah operasi untuk menyampaikan informasi tertentu, mempengaruhi emosi audiens, memotivasi dan memberikan alasan objektif.