Techno
Akankah WhatsApp Terancam Alami Kebocoran Data Seperti Facebook Setelah Pendirinya Hengkang?
Khawatir berkepanjangan, sejak akhir tahun 2017, Koum mengambil ancang-ancang segera hengkang.
Seperti diketahui, sirkulasi keuangan Facebook bergantung pada seberapa lama penggunanya menghabiskan waktu menggunakan aplikasi jejaring pertemanan itu.
Facebook lantas memetakan iklan-iklan yang masuk berdasarkan minat para penggunanya.
Lain halnya dengan WhatsApp yang tidak memiliki iklan di layanannya.
Hal ini dilatari, Jan Koum tak menginginkan sama sekali adanya iklan di WhatsApp.
Prinsipnya lantas berbenturan dengan dewan direksi Facebook.
Jan menuai banyak tekanan menyoal iklan, dan ini disinyalir jadi salah satu faktor yang mendorongnya hengkang.
Meski nir iklan, perkembangan pesat WhatsApp dengan miliaran pengguna menarik cukup banyak informasi penggunanya bagi Facebook.
Berdasarkan pengakuan seorang petinggi Facebook, Jan Koum menghadapi tekanan dewan sepanjang tahun 2017 yang inginkan keberadaan iklan pada WhatsApp.
Baca: Watakmu Bisa Diketahui dari Bagian Tubuh Mana Yang Pertama Dibasuh Saat Mandi
Baca: Rocky Gerung Keluarkan 3 Dalil Utamanya Terkait Hari Buruh May Day, Apa Saja?
WhatsApp yang semula berupa layanan jejaring chatting seiring perkembangannya, kian besar hingga menjadi layanan pesan gratis macam Verizon dan AT&T.
WhatsApp menjadi begitu populer di negara-negara dengan layanan sms yang begitu mahal sementara jejaring sosial seperti Facebook tidak digunakan sebagai layanan jasa pengirim pesan sehari-hari, Indonesia misalnya.
Pada Februari 2014, WhatsApp tercatat memiliki 450 juta pengguna dengan 50 karyawan.
Pada medio 2016, Jan Koum dan timnya melengkapi WhatsApp dengan fitur enkripsi end-to-end di bermacam layanannya.
Sistem ini tidak mengizinkan siapapun termasuk karyawan WhatsApp sendiri melihat pesan, penggilan telepon, foto dan video yang dikirim penggunanya melalui WhatsApp.