Ramadhan 1439 H

Astronaut juga Berpuasa dan Shalat di Angkasa Luar, Bagaimana Caranya?

Ia menggunakan pesawat luar angkasa Soyuz Rusia untuk kunjungan sembilan hari selama bulan suci Ramadan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Editor: Faisal Zamzami
Freelancinggig
Astronaut. 

 
SERAMBINEWS.COM  - Sekarang ini mulai banyak astronaut beragama muslim.

Sheikh Muszaphar Shukor dari Malaysia, salah satunya.  Ia adalah anggota kru pada misi ke-16 untuk Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Astronaut pertama di Malaysia ini meluncur pada 10 Oktober 2007.

Ia menggunakan pesawat luar angkasa Soyuz Rusia untuk kunjungan sembilan hari selama bulan suci Ramadan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Baca: Kisah Wanita Muda Jadi Budak Seks ISIS Selama 3 Tahun dan Diperkosa oleh 7 Pria Secara Brutal

Baca: Menikah Tanpa Persetujuan Sang Ayah, Perempuan Ini Dihukum Cambuk 75 Kali

Timbul pertanyaan, bagaimana Shukor melaksanakan kewajiban agamanya yakni salat selama ia mengangkasa? Juga berpuasa saat di bulan Ramadan itu?

"Sebagai seorang Muslim, saya berharap bisa melakukan tanggung jawab saya," kata Shukor. "Saya berharap bisa berpuasa di luar angkasa," katanya sebelum berangkat.

Badan Antariksa Malaysia, Angkasa, mengadakan konferensi yang melibatkan 150 ilmuwan Islam tahun sebelumnya untuk membahas persoalan itu.

Hasilnya disarikan dalam sebuah buku petunjuk berjudul "Sebuah Pedoman Pelaksanaan Ibadah (Sembahyang) di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)", telah disetujui oleh Dewan Fatwa Nasional Malaysia awal tahun 2007.

Baca: 18 Tahun Dipenjara Tanpa Kesalahan, Pria Ini Akhirnya Dibebaskan Karena Tidak Terbukti Membunuh

Baca: Durasi Puasa di Tiap Negara Berbeda-beda, Inilah 5 Negara dengan Durasi Puasa Tersingkat

Menurut laporan tersebut, astronaut yang akan salat bisa menentukan kiblat berdasarkan prioritas ini: 1) Kabah, 2) proyeksi Kabah di angkasa, 3) Bumi, 4 ) sembarang arah.

Selain mengurusi segala hal yang berkaitan tentang pelaksanaan salat, buku panduan tersebut sedikit membahas tentang bagaimana seorang muslim melaksanakan ibadah puasa di luar angkasa.

Menurut buku petunjuk tersebut, seorang astronaut muslim dalam konteks ibadah puasa Ramadan bisa melaksanakan ibadahnya tersebut di Luar Angkasa (dalam hal ini stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS) atau meng-qada ibadahnya setiba di bumi.

Baca: Bakar Tawanan Hidup-hidup dan Suka Memenggal, Pemimpin ISIS Ini Dianggap yang Paling Brutal

Baca: Ini Obat Kuat Sementara Bagi Rupiah, Analis: Bisa Terancam di Kisaran Rp 15.000 Akhir Tahun Ini

Selain itu, jika si astronaut memilih melaksanakan ibadah puasa di luar angkasa, ia harus menggunakan waktu saat astronaut tersebut diterbangkan ke luar angkasa.

Perihal makanan, jika ada keraguan apakah makanan yang dihidangkan halal atau haram, diperbolehkan memakan makanan tersebut agar tidak mengalami kelaparan.

Namun, ibadah sesungguhnya adalah perkara yang cukup pelik bagi astronot muslim.

Baca: Bawaslu Minta Polisi Segera Tetapkan Sekjen dan Wasekjen PSI Tersangka, Begini Reaksi PSI

Baca: Dukun Ngaku Bisa Ganda Uang Miliaran, Baca Jampi Dalam Gelap dan Kasih Kardus, Ternyata Ini Isinya

Astronot membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Kekurangan makanan dan minuman sangat berpengaruh terhadap konsentrasi yang dimiliki si astronot muslim.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved