In Memoriam - Sultanah Aceh Teungku Putroe Safiatuddin Itu Memang Ingin Berumah di Baperis
Keinginannya untuk punya "rumah" di Baperis memang akhirnya terwujud, tapi dalam bentuk lain, sebuah "rumah abadi."
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Safriadi Syahbuddin
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Almarhumah Sultanah Aceh Teungku Putroe Safiatuddin Cahaya Nur Alam pernah menginginkan agar diberi ruangan di Baperis, Banda Aceh, sebagai tempat tinggal.
Keinginan itu diutarakan kepada Gubernur Irwandi Yusuf sesaat setelah menerima plakat dan sertifikat Pahlawan Nasional Laksamana Keumalahayati, dari Presiden Joko Widodo di Jakarta, 9 November 2017.
"Apabila diizinkan kami minta tempat di Baperis itu," kata Pocut Neneng, putri bungsu Bunda Putroe, saat menyampaikan keinginan perempuan yang akrab disapa Bunda Putroe itu.
Keinginan itu juga disampaikan kepada Pocut Haslinda Syahrul, penulis buku sejarah Aceh. "Iya, saya disampaikan soal itu," kata Pocut Haslinda mengenai keinginan tinggal di Baperis.
Menanggapi permintaan tersebut, Gubernur Irwandi mengatakan, Baperis tidak layak sebagai tempat tinggal. Ia lalu mengusulkan agar menggunakan salah satu ruangan di Meuligoe Gubernur, apabila datang ke Banda Aceh. "Itu lebih memadai dan layak," kata Gubernur Irwandi.
Tapi takdir tak bisa ditolak. Cerita seolah telah dituliskan di awal kehidupan. Bunda Putroe, yang meninggal dunia di Lombok, NTB, Rabu (6/6/2018), akhirnya benar-benar "menetap" di Baperis.
Baca: Catat! Warga Aceh Yang Butuh Layanan Medis Darurat saat Mudik, Hubungi 16 Nomor Ini
Baca: Moge Rp 1 Miliar, Disebut-sebut Jadi Salah Satu Pemicu Lina Gugat Cerai Sule
Baca: Gajinya Rp 76,5 Juta, Yudi Latif Mundur dari Kepala BPIP, Benarkah karena Gaji Megawati Lebih Besar?
Karena di tempat itulah, Sultanah Bunda Putroe dimakamkan. BeRsebelahan dengan makam ayahandanya, Tuwanku Raja Ibrahim. Bunda Putroe adalah anak tertua dari Tuwanku Raja Ibrahim.
"Keinginan Bunda Putroe tinggal di Baperis, tercapai sudah. Rumah untuk jasanya yang dikutip abadi di sana," kata Pocut Haslinda yang ikut menghadiri pemakaman Bunda Putroe.
Baperis, adalah singkatan dari Badan Pembina Rumpun Iskandar Muda, organisasi Yang mengelola Museum Aceh.
Baperis mulai berkantor di kompleks itu pada 1969. Baperis kemudian terkenal sebagai nama sebuah gedung di sana, yang sebelumnya gedung itu dikenal sebagai gedung juang, tempat pengibatan bendera merah putih, pada 24 Agustus 1945.
Di tempat itu juga pernah berkantor Legiun Veteran RI (LVRI) Aceh, dan Kantor Persatuan Purnawirawan dan Wira Kasur TNI dan Polri.
Di sana pula tempat pemakaman raja-raja Aceh dan kerabat utama kerajaan, termasuk Makam Iskandar Muda.
Kompleks itu dikenal dengan Makam Kandang Meuh. Makam-makam tua dengan batu nisan yang sangat indah dan unik.
Tak jauh dari makam terdapat Museum Aceh yang menyimpan benda-benda kebudayaan. Meuligoe Aceh berada di sisi kiri.
Raja dan kerabat kerajaan yang dimakamkan di sana adalah:
1. Pocut Rumoh Geudong/ Meurah Limpah/ Pocut Lamseupeung: permaisuri Sultan Alaiddin Ibrahim Mansyur Syah
2. Pocut Sri Banun: putri Sultan Alaiddin Ibrahim Mansyur Syah
3. Sultan Alaiddin Ibrahim Mansyur Syah/ Meureuhom Baro
4. Sultan Alaiddin Muhammad Syah
5. Sultan Alaiddin Jauhar Alam Syah/ Sultan Husein
6. Putroe Bineu/ Pocut Meurah di Awan: Ibu Sultan Alaiddin Jauhar Alam Syah/ Sultan Husein
7. Tuanku Pangeran Husein: putra Sultan Alaiddin Ibrahim Mansyur Syah
8. Tuanku Zainal Abidin: ayah Alaiddin Muhammad Daud Syah II (sultan Aceh yang terakhir), panglima perang kesultanan Aceh Darussalam pada pemerintahan Sultan Alaiddin Ibrahim Mansyur Syah
9. Teungku Chik: kakak perempuan Sultan Alaiddin Ibrahim Mansyur Syah
10. Tuwanku Raja Ibrahim
Nah, di sanalah Sultanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahaya Nur Alam, dimakamkan, persis di sebelah makam ayahandanya, Tuwanku Raja Ibrahim.
Sultanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahaya Nur Alam Meninggal dunia dalam usia 87 tahun.
Keinginannya untuk punya "rumah" di Baperis memang akhirnya terwujud, tapi dalam bentuk lain, sebuah "rumah abadi."
Sultanah juga memendam keinginan bisa mengunjungi Linge Gayo, tempat misal Sultan Johansyah, pendiri Kerajaan Aceh Darussalam, takkan adalah "kakek-buyutnya."
Baca: Kisah Cinta Soekarno Cukup Piawai Pikat Wanita, dari 9 Istrinya Ternyata Ada Pramugari Cantik Garuda
Baca: Tetap Awet Muda di Usia 70 Tahun, Ini Rahasia Naoko Nemoto Istri Ir Soekarno
Baca: Empat Benda Milik Soekarno Ini Diklaim Sakti, Ternyata Ada Kisah Unik di Baliknya
Baca: Soekarno Punya Anak Bernama Gempar, Sengaja Dirahasiakan dan Cuma Digendong Sekali Seumur Hidup
Bupati Aceh Tengah Sabela Abubakar pernah merencanakan mengundang Bunda Putroe ke Gayo, menghadiri forum pertemuan Gayo Raya.
Rencana kegiatan itu diselenggarakan Agustus mendatang. Bunda Putroe juga bersemangat mendengar Gayo.
"Kita ini satu. Pendiri Kerajaan Aceh Itu Sultan Johansyah dari Linge," kata Bunda Putroe mengenai benang sejarah itu.
Anggota DPR RI asal Aceh, Teuku Riefky Harsya menyebut Bunda Putroe sebagai sosok yang jauh dari kesan seorang pewaris kerajaan.
"Beliau sangat berwibawa, tapi sama sekali tak memperlihatkan sosok pewaris kerajaan," kata Teuku Riefky Harsya.
Saat menjabat Ketua Komisi X DPR, Teuku Riefky mengundang Bunda Putro dalam rapat dengar pendapat Komisi X saat membahas usulan Pahlawan Nasional kepada Laksamana Keumalahayati.
"Kita mendengarkan cerita banyak cerita tentang Kesultanan Aceh," kata Teuku Riefky, yang kini duduk di Komisi I.
"Beliau pulang di bulan suci, dalam keadaan tetap menjalankan ibadah puasa, walau usianya sudah tua," kenang Pocut Haslinda.(*)