Kupi Beungoh

Mendo'akan Erdogan di Akhir Ramadhan dan Awal Syawal

Dalam Pilpres ini, saingan terdekat Erdogan adalah Muharrem Ince, capres dari partai sekuler (CHP).

Editor: Zaenal
KOLASE FOTO ANADOLU AGENCY
Kolase foto Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan aksi solidaritas untuk Palestina di lapangan Yenikapi di Istanbul, Turki, Jumat (18 Mei 2018). 

Oleh: Teuku Zulkhairi*)

PADA hari terakhir Ramadhan dan awal Syawal 1439 H, mari kita do'akan semoga Recep Tayyip Erdogan kembali terpilih menjadi pemimpin Turki dalam Pemilihan Presiden Turki, yang akan berlangsung 24 Juni mendatang.

Dalam Pilpres ini, saingan terdekat Erdogan adalah Muharrem Ince, capres dari partai sekuler (CHP).

Ince merupakan partai warisan Mustafa Kemal Attaturk, yang kita kenal dalam sejarah sebagai sosok yang pernah men-sekulerkan Turki habis-habisan.

Kenapa kita perlu mendo'akan Erdogan?

Pertama, geo politik kawasan yang mengharuskan Turki memiliki pemimpin yang kuat, proorang-orang lemah serta memiliki narasi mewujudkan kebangkitan Islam.

Jika Erdogan kembali menjadi Presiden Turki, maka dia akan meneruskan cita-cita bangsanya menjadi Turki baru (Yeni Turki).

Saat ini, Turki menampung dan merawat lebih dari tiga juta pengungsi Suriah.

Turki di bawah kepemimpinan Erdogan, lewat berbagai NGOnya juga sangat aktif membantu orang-orang yang terzalimi di seluruh dunia.

Namun, pada saat bersamaan, musuh Turki sedang berdiri di kiri kanan dan depan belakang. Bahkan juga di tengah-tengah mereka sendiri.

Mereka siap menghadang laju kebangkitan Turki, sebagai imperium Islam yang pernah memiliki kekuasaan yang meliputi Asia, Eropa hingga Afrika.

Musuh Turki terbesar tentu saja adalah Amerika Serikat dan anak emasnya, Israel.

Berbagai upaya kudeta melalui pion-pionnya telah mereka lakukan untuk menghadang Turki dibawah kepemimpinan Erdogan.

Tujuannya adalah untuk melemahkan Turki, sebagai salah satu negeri muslim yang sedang bangkit.

Amerika dan Israel juga menyuplai senjata untuk gerilyawan komunis Kurdi.

Tujuannya untuk memunculkan disintegrasi Turki sehingga Turki akan sangat-sangat disibukkan dengan perang saudara.

Itulah maunya mereka.

Sejauh ini, Erdogan sangat fokus berjuang mempertahankan integritas teritorial Turki.

Di lapangan, dalam melawan plot kejahatan yang ingin membagi-bagi wilayah Turki, Erdogan juga menghadapi milisi-milisi dukungan negara-negara Eropa di perbatasannya.

Kedua, saingan Erdogan dalam Pilpres Turki adalah kandidat dari Partai Sekuler CHP, seperti dijelaskan di awal.

Kita ingat bagaimana kejamnya kaum sekuler terhadap umat Islam.

Saat CHP berkuasa, kaum muslimah dilarang memakai di ruang publik. Serta pelajaran agama dihilangkan di lembaga pendidikan.

Kekuatan sekuler juga sukses menjadikan Turki sebagai negara sakit sehingga mendapatkan julukan "the sick man in eropa".

Bandingkan dengan kondisi Turki dibawah kepemimpinan Partai Islamis AKParti.

(Baca: Palestina Jadi Tema Peserta Pawai Takbir Idul Fitri 1439 H di Banda Aceh)

Dengan geliat pendidikan, ekonomi dan kebangkitan militernya, Turki kian disegani di Eropa.

Erdogan sukses menempatkan posisi Turki sebagai pemain penting di kawasan.

Era gelap ini baru mulai sirna saat cahaya baru muncul.

Di bawah kepemimpinan Erdogan dengan AKPartinya, Turki mulai merasakan kebebasan, termasuk dalam menjalankan keyakinan agamanya.

Jadi, tentu kita tidak mau Turki kembali ke orde lamanya yang kelam saat diatur pemimpin sekuler-kiri.

(Baca: Mohamed Salah Jadi Sorotan, Gara-gara Foto Bersama Mantan Panglima Pasukan Pemberontak Chechnya)

Ketiga, narasi Erdogan di pentas dunia saat ini cukup jelas mewakili aspirasi umat Islam.

Di forum dunia, Erdogan misalnya mengkritisi PBB yang kebijakan-kebijakannya sangat ditentukan oleh lima negara pemegang hak veto yang tidak ada negeri muslim di dalamnya.

Suatu hari Erdogan mengatakan, "dunia lebih luas ketimbang hanya diatur oleh lima negara itu".

Erdogan paham, tidak adanya perwakilan negara muslim dalam lima negara pemegang hak veto telah menyebabkan negeri-negeri muslim diperlakukan dengan sangat zalim.

Dengan Erdogan yang jika kembali menjadi Presiden Turki, kita berharap narasi ini akan terus bergulir.

Kita juga ingat keberanian Erdogan menunjuk jarinya ke muka Shimon Peres, sesuatu yang belum pernah kita lihat berani ditunjukkan pemimpin dunia lainnya.

Sekian dulu. Kita do'akan Erdogan dan AKPartinya menang.

Amiin ya Allah

TEUKU ZULKHAIRI
TEUKU ZULKHAIRI ()

*) Penulis, Teuku Zulkhairi, bukan pengamat politik, hanya orang yang mencintai negeri-negeri muslim.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved