Pemilu Turki

Pemilu Turki - Tantangan Berat Recep Tayyip Erdogan dan Partai Berkuasa

Masa depan Turki untuk lima tahun ke depan akan segera ditentukan melalui pemilihan umum (Pemilu) yang dilangsungkan Minggu (24/6/2018) hari ini.

Editor: Faisal Zamzami
KOLASE FOTO ANADOLU AGENCY
Kolase foto Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan aksi solidaritas untuk Palestina di lapangan Yenikapi di Istanbul, Turki, Jumat (18 Mei 2018). 

SERAMBINEWS.COM - Masa depan Turki untuk lima tahun ke depan akan segera ditentukan melalui pemilihan umum (Pemilu) yang dilangsungkan Minggu (24/6/2018) hari ini.

Sekitar 60 juta warga Turki yang memiliki hak pilih akan memberikan suaranya dalam penentuan presiden sekaligus anggota parlemen untuk periode lima tahun ke depan.

Pemilu kali ini semula dijadwalkan baru akan digelar pada November 2019, bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan lima tahun pertama Presiden Recep Tayyip Erdogan yang resmi terpilih pada 2014 silam.

Baca: Jerman Kalahkan Swedia, Sepatu Usang Toni Kroos Jadi Jimat Kemenangan

Baca: Selain Ikan Mas, Ini Hal-hal Unik yang Dijual di Pasar Terpadu Gayo Lues

Namun Erdogan memutuskan memajukan pemilu satu setengah tahun lebih awal demi dapat memuluskan rencananya untuk mengubah sistem pemerintahan menjadi presidensial dan menghapus jabatan perdana menteri.

 Pemilu Turki akan dimulai pada pukul 08.00 waktu setempat (12.00 WIB) dan ditutup pada pukul 17.00 waktu Turki (21.00 WIB).

Meski diikuti oleh enam kandidat presiden, namun persaingan ketat diyakini akan terjadi antara calon petahana yang diusung Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Erdogan, dengan calon dari Partai Rakyat Republik (CHP), Muharrem Ince.

Baca: Begini Reaksi Pangeran William dan Harry Saat Terima Kabar Putri Diana Meninggal

Baca: Banyak Kejutan Terjadi, Ini 5 Gol Menit-menit Akhir yang Paling Dramatis di Piala Dunia 2018

Kedua calon presiden ini membawa visi dan misi yang saling bertolak belakang. Keduanya pun saling serang melalui pernyataan dalam kampanye di hari terakhir menjelang pemilu, Sabtu (23/6/2018).

"Jika Erdogan menang maka telepon Anda akan terus didengarkan.. Rasa takut akan terus berkuasa," ujar Ince di hadapan para pendukungnya dalam kampanye di Istanbul dikutip BBC.

Ince juga menjanjikan bakal mencabut status darurat negara, yang telah diberlakukan sejak terjadinya upaya kudeta pada 2016, dalam waktu 48 jam sejak terpilih.

Baca: Pasangan Kekasih Ini Jadi Korban Kapal Tenggelam di Danau Toba, Pencarian Korban Masih Dilakukan

Baca: Hari ke-5 Royal Ascot 2018, Peserta Balap Kuda Sambut Ratu Elizabeth dengan Meriah

Hal tersebut dimungkinkan karena undang-undang darurat Turki mengizinkan pemerintah memotong proses di parlemen.

Sementara Erdogan, menyinggung lawannya yang sebelum menjadi anggota parlemen berprofesi sebagai guru.

Menurut Erdogan, mengemban tugas sebagai pemimpin negara membutuhkan pengalaman.

"Adalah dua hal yang berbeda antara menjadi seorang guru dengan pemimpin negara. Menjadi seorang presiden butuh pengalaman," ujar Erdogan yang menjanjikan akan mendorong proyek infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian.

Baca: Hadiri Royal Ascot, Inilah Potret Tampan dan Gagahnya Putra Mahkota Dubai

Baca: Selebrasi Shaqiri & Xhaka dan Sejarah Kelam Pembantaian Muslim Albania oleh Serbia di Kosovo

Kendati demikian, para pengaman menilai, jika Erdogan kembali memimpin maka kepemimpinannya akan melemahkan pemerintahan demokratis.

Pemilihan presiden Turki mengharuskan salah satu calon untuk meraih setidaknya lebih dari 50 persen suara untuk dapat dipilih langsung.

Jika tidak ada calon yang mampu meraih lebih dari 50 persen suara, maka dua calon teratas akan kembali berhadapan pada putara kedua yang dijadwalkan pada 8 Juli mendatang.

Pendukung calon presiden Turki, Muharrem Ince, berkumpul dalam kampanye terakhir jelang pemilihan di Istanbul, Sabtu (23/6/2018).(AFP / YASIN AKGUL)
Pendukung calon presiden Turki, Muharrem Ince, berkumpul dalam kampanye terakhir jelang pemilihan di Istanbul, Sabtu (23/6/2018).(AFP / YASIN AKGUL) 

Baca: Jelang Laga Hidup Mati Kontra Serbia, Satu Lagi Pemain Brasil Alami Cedera dan Terancam Absen

Baca: Kue Kering Lebaran Masih Sisa Banyak? Yuk Manfaatkan dengan Cara Jitu Ini

Pemilihan Parlemen

Selain pemilihan presiden, pemilu Turki hari ini juga akan menentukan wakil rakyat yang akan menempati 600 kursi di parlemen.

Dalam hal ini, Partai AKP yang berkuasa akan menghadapi tantang berat melawan partai-partai oposisi dalam mempertahankan kursi mayoritas di parlemen.

Salah satu tantangan terberat dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) datang dari Partai Rakyat Demokratik (HDP) yang mendukung Kurdi.

Baca: Sering Konsumsi Makanan Ini Bisa Dipicu Kerusakan Ginjal

Baca: Artis Cantik Kajol Terpeleset di Mall, Ajudan Gesit Menyelamatkan, Tangannya Bikin Gagal Fokus!

Seandainya partai oposisi ini meraih minimal 10 persen suara pemilih yang dibutuhkan untuk duduk di parlemen, maka partai AKP akan semakin sulit mempertahankan dominasinya.

Meski calon presiden yang diusungnya, Selahattin Demirtas, saat ini berada dalam tahanan di penjara keamanan tinggi atas tuduhan teror.

Dalam kampanye terakhirnya, Demirtas, muncul hanya melalui video yang disiarkan dari dalam penjara.

Dia menegaskan pentingnya partai HDP untuk dapat masuk ke dalam parlemen.

"Jika HDP gagal ke parlemen maka semua rakyat Turki akan merasakan kekalahan. Mendukung HDP berarti mendukung demokrasi," kata Demirtas.(*)

Baca: 7 Perbedaan Kelakuan Anak Zaman Now dengan Kelahiran Tahun 90-an, Perilaku Orangtua Juga Beda!

Baca: Prabowo Galang Donasi Perjuangan, Dalam 52 Jam Saja Dana yang Terkumpul Rp 219 Juta

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemilu Turki: Tantangan Berat Erdogan dan Partai Berkuasa"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved