Nasib Pekerja Anak di Tempat Pembuangan Sampah di Bangladesh yang Diupahi Rp 5 Ribu per Jam
Dia adalah salah satu dari banyak anak yang bekerja dalam kondisi kumuh di Bangladesh, di mana Inggris mengirimkan
Boto-botol itu akan dihancurkan menjadi serpihan, dikeringkan, dikemas dalam karung, dijual ke dealer, lalu diekspor ke China.
Serpihan ini diubah menjadi serat poliester untuk membuat pakaian, seprai dan karpet.
Monir sendiri hanya dibayar 30 Pound (Rp563.000) untuk setiap karung serpihan putih atau hijau.
Kondisi lingkungan yang buruk di sekitar kota juga turut memperparah kondisi tersebut.
Baca: Pusat Kuliner Krueng Aceh Mulai Dibangun
Bau tengik dari makanan yang dibuang, bau kotoran manusia, asap beracun, limbah dan kondisi menjijikkan lainnya berpeluang membawa penyakit yang mematikan.
Belum lagi anak-anak yang bekerja di sampah tanpa pengawasan dan perlindungan bisa saja terkena penyakit dari bakteri, nyamuk, tikus dan anjing.
Meskipun industri daur ulang berkembang di Bangladesh untuk menyediakan lapangan pekerjaan satu-satunya bagi keluarga miskin, sampah yang dibuang ke sungai tetap saja jumlahnya melimpah.
Sebuah studi akademis baru-baru ini menunjukkan bagaimana Bangladesh adalah satu dari 10 penyumbang terburuk untuk plastik di laut.
Artikel ini telah ditayangkan pada Intisari Online dengan judul : Nasib Buruh Cilik di Tempat Pembuangan Sampah di Bangladesh, Hanya Diupahi Rp5 Ribu per Jam